Resmi, UIN Jakarta Punya Rektor Baru

Jakarta, Muslim Obsession – Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pimpinan baru. Penegasan ini dipastikan usai Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A sebagai rektor untuk masa bakti 2019-2023. Selain Amany, Menag juga melantik dua pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) lainnya, yakni Dr. H. Sumanta, M.Ag sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nur Jati Cirebon, dan Dr. Inayatillah, S.Ag, M.Ag sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tengku Dirundeng Meulaboh. Ketiga pimpinan PTKIN yang dilantik sebagaimana tercantum pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor : B.II/3/00429, B.II/3/00430, dan B.II/3/00431. Pelantikan dilaksanakan di Operation Room Kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3 – 4, Jakarta. Hadir sebagai saksi, Sekretaris Jenderal Kemenag M. Nur Kholis Setiawan dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin.
Kemenag melansir, pada kesempatan itu Menag Lukman menyampaikan lima pesan bagi pimpinan PTKIN. Pertama, Menag berharap agar para pimpinan PTKIN menjaga tradisi akhlak Islami dan intelektual yang terus berkembang di kampus-kampus PTKIN. “Karena kita Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, maka sebebas apapun intelektualitas kita berkembang, sebebas apapun kita menggali ilmu pengetahuan, saya ingin seluruhnya harus bertumpu pada akhlak,” pesan Menag. [caption id="attachment_20151" align="alignnone" width="696"]
Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Profesor Amany Lubis (Foto: Edwin Budiarso/Muslim Obsession)[/caption] Tidak hanya bertumpu, tandasnya, tapi juga setiap pengembangan intelektual yang dilakukan PTKIN harus berorientasi pada terwujudnya masyarakat yang berakhlak baik. “Dan tentu itu tetap dengan menjaga kehidupan intelektualitas kampus sebagaiamana lazimnya perguruan tinggi,” kata Menag. Kedua, terkait dengan moderasi beragama Menag menginginkan PTKIN menjadi kampus-kampus terdepan dan berkelas dunia. Untuk itu menurut Menag ada dua hal yang harus dilakukan oleh PTKIN agar menjadi world class university. Langkah pertama, civitas PTKIN harus akrab dengan persoalan aktual yang ada di masyarakat. Karena menurutnya, perguruan tinggi bukanlah menara gading. “Saya minta PTKIN harus lebih proaktif untuk speak out, speak up merespon persoalan masyarakat. Khususnya dalam masalah agama dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya. Dan dalam merespon permasalahan itu tetaplah bertumpu pada moderasi beragama,” kata Menag. Moderasi beragama menurut Menag perlu dilakukan, karena saat ini masyarakat dihadapkan pada tarikan paham-paham keagamaan yang sangat konservatif sehingga seolah tercerabut dari realitas kekinian. “Di sisi ekstrim yang lain juga berkembang paham liberal, yang juga sesungguhnya tercerabut dari realitas kehidupan keagaamaan dan keIndonesiaan kita,” imbuh Menag. Ketiga, Menag berpesan agar para pimpinan PTKIN selain berorientasi pada kuantitas juga harus lebih menitikberatkan pada kualitas. “Kualitas lebih diutamakan dalam banyak hal. Agar PTKIN memiliki kekhasannya, di mana saudara menjadi pimpinannya,” kata Menag. Keempat, Menag minta pimpinan UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Syekh Nur Jati Cirebon, dan STAIN Meulaboh untuk memfokuskan diri pada tata kelola kelembagaan. “Benahi tata kelola kelembagaan, khususnya manajemen organisasi dan manajemen keuangan,” tegas Menag. Kelima, Menag meminta pimpinan PTKIN untuk menjaga kebersamaan di lingkungan kampus yang dipimpinnya. Suasana kebersamaan yang dibangun diharapkan Menag dapat menjadikan visi misi PTKIN dapat lebih mudah terwujud. “Kepemimpinan saudara diharapkan dapat mengayomi semua entitas yang ada dalam perguruan tinggi yang saudara pimpin,” pesan Menag. (Fath)


Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group