Sedekah: Investasi Pasti di Dunia dan Akhirat

Muslimobsession.com - Sedekah adalah wujud kemuliaan jiwa seorang muslim yang penuh kasih dan peduli terhadap sesama. Tidak perlu menunggu kaya untuk memberi, sebab setiap orang dianjurkan untuk bersedekah sesuai kemampuan. Bahkan dalam keterbatasan, sedekah menjadi penawar bagi sifat kikir. Rasulullah SAW bersabda: “Takutlah kalian dari api neraka walau hanya dengan (sedekah) separuh butir kurma” (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah SWT sangat menghargai sedekah sekecil apapun. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil usaha yang baik, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengembangkannya untuk pemiliknya sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak kudanya, hingga menjadi sebesar gunung” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa bahkan sesuap makanan yang diberikan ikhlas akan berlipat pahala di sisi Allah.
Namun, sedekah hanya diterima bila berasal dari harta yang halal dan baik. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik...” (QS. Al-Baqarah: 267). Dari sinilah para ulama menjelaskan bahwa sedekah yang thayyib, bersih dari keharaman, akan bernilai tinggi di sisi Allah.
Nabi SAW juga menegaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Dalam sebuah hadis disebutkan: “Harta tidak akan berkurang karena sedekah” (HR. Muslim). Justru ia akan menambah keberkahan dan membuka pintu rezeki. Cara pandang ini berbeda dengan logika dunia yang menganggap pengeluaran sebagai pengurangan, padahal sedekah adalah jalan untuk memperbanyak rezeki.
Banyak kisah nyata yang menunjukkan keajaiban sedekah. Ada yang semula tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah lapangkan rezekinya hingga bisa berhaji berkali-kali, bahkan menjadi pengusaha sukses dalam waktu singkat setelah membiasakan sedekah. Mereka menyebut diri mereka “ketagihan”sedekah karena merasakan langsung balasan Allah yang nyata di dunia.
Para ulama salaf berkeyakinan sedekah mampu menolak bala dan musibah. Dikatakan bahwa ia bisa menjadi sebab terhindarnya seseorang dari tujuh puluh macam bencana. Ibnu Abbas RA bahkan kerap mencari orang miskin untuk diberi sedekah saat menghadapi masalah. Dengan taubat dan sedekah, banyak kesulitan hidup yang Allah mudahkan.
Seorang muslim hendaknya yakin bahwa ia sendiri yang lebih membutuhkan sedekah ketimbang penerimanya. Sebab, yang ia berikan akan menjadi bekal di akhirat, sedangkan penerima hanyalah perantara yang menyampaikan pahala kepadanya. Perspektif ini membuat sedekah terasa ringan karena sebenarnya ia sedang menabung untuk dirinya sendiri.
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seekor kambing yang disembelih untuk sedekah. Beliau bersabda bahwa bagian yang tersisa bukanlah yang dimakan, melainkan yang telah disedekahkan. Artinya, harta yang dikonsumsi akan habis, sedangkan yang diberikan akan kekal sebagai pahala.
Dalam hadis lain dijelaskan bahwa dari semua harta, hanya tiga yang benar-benar bermanfaat: makanan yang dimakan, pakaian yang dipakai, dan harta yang disedekahkan. Sisanya akan menjadi milik ahli waris. Karena itu, manusia seharusnya memperbanyak sedekah semasa hidup, agar harta yang dimiliki benar-benar menjadi miliknya, bukan beralih kepada orang lain.
Nabi SAW menegaskan: “Harta seorang hamba hanyalah yang ia sedekahkan, yang ia gunakan hingga habis, atau yang ia pakai hingga rusak” (HR. Muslim). Sedekah yang dilakukan semasa hidup jauh lebih utama dibanding warisan, sebab ia menjadi investasi abadi yang tidak bisa diganggu gugat.
Allah menjanjikan balasan surga bagi mereka yang membangun rumah ibadah, meski kecil. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa membangun masjid karena Allah, walau sebesar sarang burung, Allah bangunkan baginya rumah di surga” (HR. Ahmad). Kontribusi sekecil apapun dalam pembangunan masjid akan dihitung Allah sebagai amal besar.
Dalam kesempatan lain, Nabi SAW bersabda: “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa untuk berbuka, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya” (HR. Tirmidzi). Bahkan hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air, seseorang sudah bisa meraih pahala berbuka bagi orang lain.
Keadilan Allah terlihat dalam kisah tentang sedekah 1 dirham yang lebih utama daripada 100 dirham. Seseorang yang hanya memiliki 2 dirham lalu menyedekahkan separuhnya, lebih mulia daripada orang kaya yang menyedekahkan ratusan dirham dari hartanya yang melimpah. Allah menilai bukan dari nominal, melainkan dari kadar pengorbanan dan keikhlasan.
Setiap pagi, Allah mengutus malaikat yang mendoakan orang yang bersedekah agar dilapangkan rezekinya. Di sisi lain, malaikat juga mendoakan kebinasaan bagi orang yang bakhil (HR. Bukhari dan Muslim). Doa ini menunjukkan bahwa kedermawanan membawa keberkahan, sementara kebakhilan mendatangkan kesempitan hidup.
Dalam hadis yang sama disebutkan bahwa Allah akan menambah kemuliaan bagi orang yang memaafkan, dan meninggikan derajat bagi orang yang bertawadhu. Rasulullah SAW mencontohkan sikap tawadhu saat memasuki Makkah dengan kepala tertunduk rendah, meski beliau berada pada puncak kemenangan. Tawadhu dan memaafkan menjadi pasangan akhlak mulia yang mengiringi kebiasaan bersedekah.
Bentuk sedekah pun sangat luas. Ia bisa berupa makanan, pakaian, atau benda sederhana seperti alat tulis, sandal, bahkan sekedar tenaga untuk menolong orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kebaikan adalah sedekah” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak bersedekah.
Rasulullah SAW juga meluruskan pandangan manusia tentang harta. Beliau bersabda: “Hamba berkata: ‘Hartaku, hartaku’. Padahal hartamu hanyalah yang engkau makan lalu habis, yang engkau pakai lalu usang, dan yang engkau sedekahkan lalu tersimpan untukmu” (HR. Muslim). Perspektif ini menegaskan bahwa sedekah adalah kepemilikan sejati.
Metode dakwah Rasulullah SAW sering menggunakan perumpamaan agar lebih membekas di hati. Beliau pernah bertanya: “Siapakah di antara kalian yang lebih menyukai hartanya sendiri daripada harta ahli warisnya?” Para sahabat menjawab bahwa mereka tentu lebih menyukai hartanya sendiri. Nabi SAW menjelaskan bahwa harta milik kita hanyalah yang kita sedekahkan, sedangkan yang tersisa akan menjadi milik ahli waris.
Karena itu, implementasi ajaran sedekah sebaiknya dimulai dari lingkungan terdekat: keluarga yang kekurangan, tetangga yang membutuhkan, anak yatim, janda, dan fakir miskin. Lakukan dengan ikhlas tanpa mengharap balasan selain ridha Allah. Allah SWT berfirman: “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Baqarah: 261).
Dengan istiqamah bersedekah dan memperbanyak taubat, seorang muslim akan menemukan jalan keluar dari berbagai persoalan hidup. Sedekah adalah kunci keberkahan, solusi dari kesempitan, dan jalan menuju kebahagiaan abadi di akhirat. (Gie)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group