Kurang Rezeki dan Beban Hidup Makin Menghimpit, Benarkah Solusinya Adalah Shalat?

Jakarta, Muslim Obsession – Ketika seseorang kekurangan rezeki ditambah beban hidupnya makin sulit dan menghimpit, boleh jadi solusi dari keduanya adalah dengan mendirikan shalat. Jika ada seseorang yang belum bisa melunasi hutangnya, atau memiliki persoalan dalam urusan rumah tangga yang tak pernah selesai dengan istri, jika dievaluasi diri, pasti sumbernya dari shalatnya. “Kalau ingin evaluasi diri sebagai seorang kepala rumah tangga, pasti harusnya memulai dari shalatnya, begitu juga soal rezeki, bahkan sampai persoalan ekonomi global, kalau dia orang beriman, dan dia visioner, setelah menemukan beberapa kebuntuan dan tidak ada solusi misalnya, orang beriman akan memulainya dari shalat,” kata Ustadz Bachtiar Nasir atau biasa disapa UBN, seperti dikutip dari kajian Islam di YouTubeAQL Islamic Center, Selasa (3/9/2019). Ia melanjutkan, begitu juga mengenai masalah keturunan. Jika ada seseorang yang sudah lama menikah, tetapi belum dikaruniakan keturunan, lalu ingin evaluasi diri, tidak mesti pergi ke dokter spesialis untuk melakukan inseminasi atau pergi ke apakar-pakar seksual. Cukup dengan selalulah berfikir mulai dari yang paling mendasar, yang paling faktual dan yang paling ideal adalah mulai dari shalat. Apa mungkin solusi-solusi semua permasalahan itu bermula dari shalat? Dan apakah memang ada dalilnya? Dan sudahkah terbukti contohnya? “Faholapa min ba'dihim kholfun adous solata waatubu syahwat... Maka digantikanlah kaum itu dengan kaum yang baru, kaum yang baru ini kaum yang buruk, kaum yang buruk itu digambarkan adous solata. Mereka menyia-nyiakan shalat. Mereka mengabaikan shalat,” tuturnya. Lantas apa efeknya jika seseorang menyia-nyiakan shalat? Ketika shalat subuh sering kesiangan, shalatnya tidak tepat waktu, shalatnya tidak khusuk, sering bolong-bolong dan berani meninggalkan shalat, jika sudah begitu menurut UBN, seberapa pun hebatnya pendidikan orang tersebut, akan wattaba'u syahwat, maka yang menjadi penuntun hidupnya adalah syahwatnya. Ini merupakan rumus yang dikatakan UBN tak bisa dirubah. Orang yang melalaikan shalatnya, orang yang menyia-nyiakan shalatnya, pasti akan tunduk pada hawa nafsunya. Maka rusak orang tersebut dan rusak pula kaum tersebut. UBN berpesan kepada para Ayah dan para suami, bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As. ketika akan meninggalkan anak dan istrinya di sebuah lembah yang tandus, tak berpenghuni, tak ada air dan tak ada lagi tumbuh-tumbuhan. “Apa doa Nabi Ibrahim agar ekonominya sejahtera, agar selamat rumah tangganya? Rabbij'alni muqimas salati wamin zurriyati rabbana wataqobbal du'a. Ya Tuhan, aku mengemis kepadamu kutinggalkan anak dan istriku, tapi untuk mencukupkan mereka tidak ada ikhtiar yang bisa aku lakukan, jadikanlah aku orangtua yang menjadi teladan shalat bagi anak-anakku. Dan jadikan pula anak keturunanku kelak, anak-anak yang mendirikan shalat,” terangnya. Tidak berapa lama, dengan ada ikhtiar yang terkesan "sia-sia" tersebut, yang dilakukan oleh Hajar yang merupakan istri Ibrahim, yaitu lari dari Bukit Shofa ke Bukit Marwah, menurut UBN sama saja seperti seseorang pergi bekerja dari rumah ke kantor. Tapi pada akhirnya air zam-zam untuk menolong anak Nabi Ibrahim, air tersebut bukan keluar dari Shofa atau Marwah, tapi mata air zam-zam itu berada di tempat shalat, di depan pintu Ka'bah. “Betapaun kerja kerasnya seorang suami, lalu memberikan pendidikan yang hebat untuk anak-anaknya sampai ke luar negeri, percayalah ilmunya tidak akan mensejahterakan, tidak membahagiakan atau menyelamatkan anaknya di dunia-akhirat. Kecuali kalau kedua orang tuanya sudah memberikan ilmu shalat kepada anak-anaknya,” pungkasnya. (Way)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group