Mengenali Azerbaijan dari Heydar Aliyev Museum (My Trip in Baku – 6)

1359
Bersama para jurnalis Indonesia melihat koleksi Heydar Aliyev Museum, Selasa (29/5/2018). (Foto: Fath/ Muslim Obsession)

Baku, Muslim Obsession – Agenda hari ini, Selasa (29/5/2018) lumayan padat. Melihat catatan perjalanan yang dibagikan panitia, ada sekitar 4 agenda yang akan kami jalani.

Kunjungan pertama kami adalah Baku Expo Center Building, tempat diselenggarakannya The International Caspian Oil & Gas Exhibition and Conference. Even yang digelar 29 Mei hingga 1 Juni ini menandai 25 tahun kiprah Caspian Oil & Gas Azerbaijan.

Rilis yang dikeluarkan penyelenggara menyebutkan ada 312 perusahaan dari 38 negara yang mengikuti acara tersebut. Sayang, dari barisan booth yang kami lalui, tak kami temukan Pertamina di sana.

Kami tak lama di tempat itu karena harus berpacu dengan waktu agar agenda lainnya bisa dipenuhi.

Agenda berikutnya adalah mengunjungi Heydar Aliyev Museum. Rasa-rasanya saya akan senang di tempat tersebut. Apalagi setelah Mr. Ali Huseyinli menginformasikan bahwa di tempat ini kami akan belajar sejarah Azerbaijan.

Bersama para jurnalis Indonesia melihat koleksi Heydar Aliyev Museum, Selasa (29/5/2018). (Foto: Fath/ Muslim Obsession)

Mr. Ali tak sendiri memandu perjalanan kami. Ada Mr. Fazil Abassov dan Mr. Nur Rulan yang sejak hari kedua di Azerbaijan turut bersama kami.

Ketika minibus yang kami tumpangi memasuki area museum, saya bisa melihat indahnya bangunan tersebut. Besar dengan konsep arsitektur yang sangat indah. Dari bentuknya, museum ini seperti keong dengan warna putih yang menampilkan kesan cerah, bersih, dan elegan.

Saat memasukinya, kesan megah langsung kami rasakan. Desain interior sangat indah. Lengkungan tangga mengikuti konsep cangkang keong, memutar hingga lantai tiga.

Setelah melewati petugas keamanan yang memeriksa paspor dan barang-barang, kami langsung dipandu seorang gadis cantik sebagai tour guide.

Ia sangat fasih menerangkan setiap pajangan dengan berbahasa Inggris yang mudah dipahami. Gadis ini juga cukup ramah dan sabar menunggu kami yang sibuk mengambil foto setiap etalase.

Lantai pertama museum diisi 4 mobil yang digunakan Presiden Heydar Aliyev. Mobil dengan merek dan model yang berbeda. Saya sendiri terkesan dengan sebuah Limosin Chaika Gaz-13. Mobil yang diproduksi tahun 1969 ini digunakan Heydar antara 1972-1980.

Di lantai dua, kami diajak menelusuri rekam jejak Heydar Aliyev. Cerita dimulai dengan foto-foto Heydar kecil dan keluarga. Berlanjut dengan foto Heydar dengan aktivitasnya sebagai prajurit militer.

Museum ini dilengkapi dengan tayangan multimedia yang aktraktif. Cerita Heydar sebagai presiden ditayangkan secara digital. Layar touchscreen memudahkan kami untuk mencari fitur-fitur pilihan yang menarik.

Pada sudut lain di lantai dua ini kami juga disuguhkan sejarah Azerbaijan. Sayangnya, kami hanya menemukan rangkaian sejarah mulai awal abad 19 saja.

Beberapa di antaranya menyebutkan adanya majalah Molla Nasraddin yang mulai dipublikasikan pada tahun 1905. Disebutkan juga pada tahun 1908 terdapat gelaran opera untuk pertama kalinya. Opera yang diprakarsai Uzeyir Hakibeyli ini menceritakan kisah legendaris “Leyli and Majnun”. Sebuah kisah klasik percintaan dua sejoli yang terkenal ke seantero jagad.

Di lantai berikutnya, Heydar Aliyev Museum memanjakan mata kami dengan peninggalan masa lalu Azerbaijan. Buat saya, this is excited!

Mata saya terkesima saat melihat etalase dengan Al-Quran tua di dalamnya. Yang menarik, Al-Quran bersanding dengan sebuah buku perundang-undangan pemerintah Azerbaijan. Saya mengambil kesan bahwa negara ini memiliki komitmen kuat dengan Islam yang dipeluk mayoritas warganya sejak akhir abad ke-7.

Beranjak ke etalase lain, saya makin terkesima. Dua etalase berdampingan dengan isi yang menakjubkan. Satu etalase berisi Al-Quran yang ditulis di atas lembaran kulit dan kayu. Kitab suci berukuran 21 x 33 sentimeter ini dibuat pada abad ke-18. Sebuah etalase di sampingnya berisi Tanakh dan Talmud. Keduanya dibuat pada awal abad ke-19.

Masih di lantai yang sama, kami diajak menelusuri ragam produk seni dan budaya masyarakat Azerbaijan masa lampau. Selain bermacam pakaian tradisional, kami juga melihat beberapa jenis alat perang dan barang-barang tradisional yang terbuat dari tembaga.

Di bagian lain, kami menemukan alat-alat musik tradisional Azerbaijan, seperti Santur dan Ganun (sejenis kecapi), Gosha-naghara (kendang), Kamancha (siter), Gaval (rebana), beberapa jenis seruling dengan ukuran yang berbeda dengan nama Balaban, Zurna, dan Tutek. Masyarakat Azerbaijan juga memiliki beberapa jenis gitar dengan bentuk dan nama yang berbeda, seperti Ud, Saz, dan Tar.

Perjalanan singkat di museum ini benar-benar meninggalkan kesan menyenangkan. Paling tidak demikian untuk saya. Bahwa ternyata Azerbaijan dibangun oleh peradaban Islam yang sangat maju. Itu juga tampak dari tulisan-tulisan arab yang ada pada koin-koin dan uang kertas Azerbaijan masa lampau.

Baku, 29 Mei 2018.

Baca Juga:

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here