Kisah Jantuk Mencari Tuhan (Bagian 3)

1248

Muslim Obsession – Pegal benar badan Jantuk setelah berhari-hari berjalan menyusuri arah timur untuk mencari Tuhan. Jika dihitung, telah dua puluh satu hari Jantuk menghentakkan kakinya mencari alamat Tuhan.

Kepada setiap orang yang ditemui, ia selalu menanyakan di mana alamat Tuhan. Begitu pun ketika Jantuk menjumpai pesantren, masjid, mushalla, atau madrasah yang diyakininya berpenghuni orang-orang alim. Hasilnya? Nihil.

Tak satupun orang-orang yang ditanyainya mengenal Tuhan dan mengetahui alamat-Nya. Sulit benar mencari Tuhan dan alamat-Nya.

“Selamat sore, Pak.” Jantuk menyapa lelaki tegap bertato naga yang tengah menyantap daging bebek bakar.

“Sore,” singkat saja jawabannya.

“Pak, apakah Anda mengenal Tuhan? Saya ingin bertemu dengan-Nya. Ada keperluan mendesak yang mengharuskan saya bertemu langsung dengan-Nya. Anda tahu di mana tempat tinggal-Nya?”

Berguncang tanah yang dipijak Jantuk ketika lelaki bertato naga itu terbahak menggelegar. Sebagian daging yang berada di mulutnya berloncatan keluar karena lebarnya mulut lelaki bertato naga itu ketika terbahak. Ia terpingkal-pingkal, seolah baru saja melihat bualan Tessy di tengah para punakawan Srimulat.

Baca Juga: 

Kisah Jantuk Mencari Tuhan (Bagian 1)

Kisah Jantuk Mencari Tuhan (Bagian 2)

“Tuhan? Siapa Tuhan? Saya tidak pernah peduli siapa Tuhan. Kamu tahu siapa saya? Saya, kepala begal yang menguasai daerah ini. Buat saya, Tuhan hanyalah pepesan kosong yang sering menipu banyak orang. Hei, anak muda! Jadilah dirimu sendiri! Jangan pernah mencari Tuhan karena Dia tidak akan pernah kau temui atau menemuimu!”

“Tapi.., ada persolan mendesak yang harus saya tanyakan kepada-Nya.”

“Persoalan apa? Selesaikan sendiri. Jangan pernah menghiba kepada-Nya!”

“Baik, baiklah. Tapi, tolong tunjukkan saja kepada saya di mana alamat Tuhan!”

Lelaki bertato naga itu terdiam. Ada sesuatu yang mengganjalnya. Bukan, bukan tulang bebek yang mengganjal tenggorokannya. Tapi ada sesuatu yang benar-benar mengganjal hatinya.

Tampaknya, lelaki bertato naga itu sebenarnya telah sejak lama mencari Tuhan, cuma dia tidak tahu harus ke mana mencari-Nya. Dia sebenarnya penasaran dengan Tuhan, meski ketidakpedulian yang bersumber dari nafsu lebih menguasai jiwanya.

“Saya tidak tahu. Coba kamu berjalan terus ke timur. Konon di sana ada Rumah Tuhan yang sering ditemui orang banyak.”

“Baik, terima kasih..”

“O, iya. Sampaikan salam kepada-Nya dan katakan bahwa saya belum siap jika harus bertemu dengan-Nya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here