Benarkah Perempuan Dilarang Ziarah ke Makam?

785
Ziarah Kubur (Foto: Satu Jam)

Oleh: Drs H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Salah satu tradisi umat Islam di Indonesia sebelum Ramadhan adalah melakukan ziarah ke makam orangtua, kakek, nenek, atau anggota keluarga lainnya yang sudah meninggal dunia.

Seiring dengan hal tersebut, ada jamaah bertanya tentang boleh atau tidaknya perempuan berziarah ke makam. Pasalnya, jamaah tersebut pernah mendengar adanya larangan perempuan berziarah ke pemakaman.

Berikut ini saya kutip hadits riwayat At-Tirmidzi yang terdapat dalam Kitab Bulughul Maram:

عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه أن رسول الله لعن زائرات القبور أخرجه الترمذي وصححه ابن حبان

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ melaknat perempuan peziarah kubur,” (HR At-Tirmidzi dan disahihkan Ibnu Hibban).

Baca juga: Menyoal Shalat Jumat Virtual, Bagaimana Hukumnya?

Tindakan yang dilaknat, dikenakan sanksi rajam atau had, atau diancam keras dalam syariat adalah tindakan yang diharamkan. Hal ini berlaku untuk tindakan ziarah kubur bagi perempuan sebagaimana bunyi hadits riwayat At-Tirmidzi.

Adapun ulama yang membolehkan tindakan ziarah kubur bagi perempuan, menggunakan hadits itu sebagai larangan atas kemungkaran yang potensial dilakukan oleh perempuan ketika ziarah kubur. Misalnya karena perempuan tersebut dalam kondisi mentsurasi atau saat di pemakaman dia meraung-raung sedih.

Baca juga: Bolehkah ‘Membunyikan’ Jari Saat Shalat?

Termasuk juga di dalamnya perempuan yang melakukan swafoto atau selfie di atas makam. Tindakan ini dianggap kemungkaran yang terjadi ketika prempuan di atas makam. Bukan semata atas praktik ziarahnya itu sendiri sebagaimana keterangan dalam Ibanatul Ahkam, Syarah Bulughul Maram berikut ini:

 اللعن الطرد من رحمة الله عز وجل ومن علاماته الكبيرة أن يرتب عليها الشارع الرجم أو الحد أو الوعيد الشديد، وقد لعن صلى الله عليه وسلم زائرات القبور وهذا دليل لمن قال بتحريم زيارتهن القبور مطلقا، ومن قال بجواز ذلك حمل هذا الحديث على من ارتكبت منكرا عند زيارتهن كلطم خدود وشق جيوب ونياحة ذلك لقلة صبرهن وكثرة جزعهن

“Laknat adalah pengusiran dari rahmat Allah. Salah satu tanda besar tindakan yang dilaknat adalah konsekuensi rajam, had, atau ancaman keras dari pembuat syariat. Sementara Rasulullah ﷺ melaknat perempauan peziarah kubur. Ini menjadi dalil bagi ulama yang mengharamkan secara mutlak ziarah kubur bagi perempuan. Sementara ulama yang membolehkannya memahami hadits ini sebagai keharaman atas perempuan yang melakukan kemungkaran saat berziarah seperti histeris menampar pipi, menyobek kantong pakaian, dan meratap karena kekurangan rasa sabar dan kebanyakan rasa sedih mereka,” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 199).

Nah, dengan demikian jika wanita tersebut bisa menjaga aurat, penampilan, dan juga menjaga sikapnya, maka ada sebagian ulama yang membolehkan perempuan tersebut untuk berziarah.

Demikian, wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here