Oleh: Habib Abdul Rahman Al-Habsyi (Majelis Sahabat Iman Peduli/Ketua Yayasan Syekh Ali Jaber)
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, kecuali orang yang ridha terhadap takdir.
BACA JUGA:
Hikmah Rahmani: Mencintai Kebenaran
Ridha terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dahulu untuk mencari jalan keluar dan solusi.
Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam.
Allah SWT memberikan cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan bobot ketakwaan hamba-Nya.
Ujian dari-Nya adalah tanda cinta. Ujian dari-Nya adalah jembatan untuk menjadi Al-Khaliil (Kekasih Sang Khaliq).
قالَ رسولُ اللهِ (صلى الله عليه وآله وسلم): مِن سَعادَةِ ابنِ آدَمَ اسْتِخارَةُ اللّه ورِضاهُ بِما قَضَى اللّه ومِن شِقْوَةِ ابن آدَمَ تَركُهُ اسْتِخارَةَ اللّه وسَخَطُهُ بِما قَضَى اللّه؛
Rasulullah ﷺ bersabda, “Merupakan bagian dari kebahagiaan anak keturunan Adam adalah menerima ketentuan Allah dan Ridha terhadap ketetapanNya. Dan merupakan Bagian dari kesengsaraan anak Adam adalah meninggalkan ketentuan Allah dan membenci apa yang telah Allah tetapkan.”
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهٗ بِمِقْدَارٍ
Barakallah fiikum.