Zabid, Kota Arsitektur Islam yang Berjuang Hidup

1944
Zabid, Situs Warisan Dunia yang rapuh (Photo: Dhaka Tribune)

Muslim Obsession – Zabid merupakan Ibu Kota Yaman yang terkenal sebagai kota arsitektur pertama pada awal Islam. Kota Zabid, kini tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah gejolak perang di Yaman.

Kota berpasir yang menghadap ke pantai barat negara tersebut, dinobatkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1993. Untuk perencanaan dan arsitektur kota abad ke-16, termasuk masjid tertua kelima di dunia.

Zabid memiliki masjid tertinggi di Yaman. Juga salah satu universitas dan kanal Islam pertama di dunia. Para ahli memperingatkan, Zabid mungkin tidak dapat menahan pukulan lebih banyak, bahkan jika pertempuran tetap terbatas di pinggirannya.

“Ini adalah bangunan berabad-abad. Zabid amat rapuh dan tidak akan bertahan dengan serangan tembakan atau bahkan getaran rudal,” kata spesialis restorasi Yaman Hussein Abdurrahman.

Perang tiga tahun di Yaman, telah menewaskan hampir 10.000 orang. Hal tersebut mengakibatkan Yaman berada di ambang kelaparan. Juga secara otomatis mengancam nasib Zabid.

Sejauh ini, Zabid telah diselamatkan dalam pertempuran antara pemberontak Huthi yang didukung oleh Yaman dan pemerintah yang bersekutu dengan koalisi militer, yang dipimpin oleh Arab Saudi.

Tetapi, pertarungan untuk Hodeida di dekatnya, yang merupakan tempat di pelabuhan paling penting di Yaman, telah menimbulkan kekhawatiran. Akan sebuah keniscayaan bahwa kekerasan akan terus berlanjut di Zabid.

Ahmed Hussein Ahmed mengatakan, rumahnya dirusak bulan lalu, karena pasukan pemerintah bentrok dengan pemberontak Huthi di dekatnya. Seperti penduduk lainnya, dia takut kehilangan keluarga dan kota tempat tinggalnya.

Di mana, rumah yang dibangun dari batu bata tersebut memancarkan pemandangan berabad-abad yang terlihat indah. Hingga sinarnya seperti memantul ke langit biru Yaman yang cerah namun menawarkan kegelisahan.

“Rumah kami dibangun dari lumpur lokal,” kata Ahmed kepada AFP, Selasa (6/3/2018) tengah duduk di dekat salah satu jendela kayu tua yang diukir di dinding rumah batu.

Karena keantikannya, Zabid disebut-sebut bukan hanya milik Yaman, namun milik dunia. Dari abad ke-13 sampai abad ke-15, Zabid adalah ibu kota Yaman, bahkan sebelum diturunkan tahta oleh Sanaa.

Kota ini mendahului fondasi Islam, dengan keajaiban arsitektur Islam. Di mana empat gerbang mengelilingi kota, jalan-jalan berbatu yang sempit menghubungkan sebuah pasar dengan daerah pemukiman yang terlihat sepi.

Di Zabid, pertokoan yang menyerupai kastil kecil masih terbuka dan arus lalu lintas masih terlihat di jalanan. Juga ada Zabid Public Library, sebuah permata kecil yang tersembunyi di ruang bawah tanah rumah tua.

Terdiri dari 10 jendela ukiran yang melengkung sebagai lubang masuknya cahaya matahari. Mukhtar Abdulsamad, kepala otoritas umum untuk pelestarian bersejarah di Zabid, khawatir salah satu pilar terakhir warisan negaranya bisa segera dibongkar.

“Kami memohon kepada organisasi internasional termasuk UNESCO, untuk memprioritaskan perlindungan Zabid,” kata Abdulsamad.

Sementara itu, warga dan organisasi internasional khawatir pesawat tempur koalisi pimpinan Arab menyerang kota tersebut. Karena masih berada di bawah kendali pemberontak Huthi.

Bangunan di Zabid berdiri pada abad ke-13 dan 15, yang dibangun dengan batu bata panggang. Zabid menghadap ke sebuah sungai, 75 kilometer dari Hodeida bagian tenggara. Sekaligus kota pelabuhan Laut Merah yang dikuasai pemberontak.

Hodeida adalah pintu utama untuk masuknya bantuan ke negara berpenduduk 28 juta orang tersebut. Sebanyak 70% di antaranya menghadapi kelaparan karena kemiskinan, serta kekerasan dan wabah kolera.

Pada tahun 2014, pemberontak Huthi merebut pelabuhan tersebut dalam pengambilalihan wilayah yang mencakup Ibu Kota Yaman. Pemerintah telah mendorong untuk mengepung kembali Hodeida dalam beberapa bulan terakhir.

Pada bulan November, koalisi pimpinan Saudi memberlakukan blokade total di pelabuhan Hodeida, serta bandara internasional utama di negara tersebut. Sebagai pembalasan atas rudal yang diluncurkan oleh pemberontak terhadap Riyadh. Blokade tersebut telah memicu kecaman keras dari PBB dan sejak saat itu sebagian wilayah dibebaskan. (Vina)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here