Wafatnya Verawaty dan Perhatian Terhadap Pebulutangkis

1521
Verawaty Fadjrin. (Foto: Bola.com)

Oleh: Dr. H. Serian Wijatno., S.E., M.M., M.H (Mantan Pebulutangkis Nasional)

Wafatnya atlet bulutangkis dunia Verawaty Fadjrin di Jakarta pada Ahad, 21 November 2021 tentu menjadi duka tersendiri bagi panggung bulutangkis Nasional. Almarhumah berpulang dengan tenang di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta dalam usia 64 tahun setelah sempat menjalani perawatan akibat sakit kanker paru-paru.

Soal prestasi almarhumah, jangan ditanya. Sebagai pemain Tunggal Putri ia tampil sebagai Juara Kejuaraan Dunia 1980, Finalis All England Open 1980, Juara SEA Games 1981, Juara Indonesia Terbuka 1982.

Sebagai pemain Ganda Putri, ia bersama Imelda Wiguna tampil sebagai Juara Belanda Terbuka 1977. Kemudian Juara Denmark Terbuka 1977-1978 dan meraih Medali Emas Asian Games 1978. Hebatnya, masih bersama Imelda Wiguna ia menyabet Juara All England 1979, Juara Kanada Terbuka 1979, Finalis Kejuaraan Dunia 1980 .

Kemudian bersama Ruth Damayanti meraih Medali Emas SEA Games 1981. Lalu bersama Ivana Lie tampil sebagai juara Indonesia Terbuka 1986 , juara China Terbuka 1986, juara Taiwan Terbuka 1986 dan menjadi Finalis World Badminton Grand Prix Final 1986.

Prestasinya masih bertambah dengan peraihan medali Emas SEA Games 1987 (Verawaty Fajrin/ Rosiana Tendean), juara Indonesia Terbuka 1988 (Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati).

Di ganda campuran ia berjaya dalam Juara Malaysia Terbuka 1986 (Bobby Ertanto/ Verawaty Fajrin), Juara World Cup 1986 (Eddy Hartono/Verawaty Fajrin), Juara Malaysia Terbuka 1988 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin), Juara Indonesia Terbuka 1989 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin), juara World Grand Prix Final (Eddy Hartono/Verawaty Fajrin), juara Belanda Terbuka 1989 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin), juara Sea Games 1989 (Eddy Hartono/Verawaty Fajrin).

Sebagai catatan, Vera yang ikut membawa Indonesia meraih gelar Piala Sudirman 1989, ini merupakan gelar Piala Sudirman pertama dan terakhir Indonesia hingga saat ini.

Dedikasinya sebagai atlet tak berhenti saat ia memutuskan “pensiun” karena ia masih menyisihkan waktu untuk melatih atlet-atlet muda di PB Ragunan. Ia pun masuk menjadi tim pelatih di Pelatnas PBSI Cipayung era PBSI kepemimpinan Joko Santoso. Ia juga ikut membawa obor jelang Asian Games 2018 mendampingi Presiden Joko Widodo.

Serian saat masih aktif menjadi atlet nasional Bulutangkis. (Foto: istimewa)

Verawati yang saya kenal adalah seorang atlet yang sangat perfect. Disiplin dan serius. Baik saat pertandingan maupun latihan. Tapi ia tetap seorang senior dan mentor atlet yang mau mendengar dan menasehati yuniornya .

Satu yang menarik, dia adalah atlet yang punya sikap tak mau kalah dalam bertanding. Itu tak hanya ditunjukkannya saat pertandingan tapi juga ketika latihan. Dia selalu menunjukkan kelasnya untuk menang. Dan sikap itu sangat memotivasi para yuniornya.

Karena almarhumah juga sangat peduli pada pengembangan bakat atlet-atlet muda, ia rajin memberi motivasi dan dukungan kepada para penerusnya untuk tampil prima dan selalu punya semangat berjuang untuk menang.

Sementara sebagai personal, saya mengagumi Verawaty sebagai sosok yang utuh dan tidak pernah lupa dengan sahabat-sahabat nya. Dan yang tak kalah hebat, ia adalah mualaf yang sangat relijius. Beberapa kali bersua, sikap relijiusnya dia tunjukkan dalam kehidupan sehari hari.

Kembali pada eksistensinya sebagai atlet. Ya, bagi seorang atlet nasional yang mendunia, perhatian yang tinggi perlu diberikan di saat mana ia sudah gantung raket sekalipun. Karena kiprah dan perjuangannya telah mengharumkan nama bangsa dan negara. Sesuatu yang tentunya tak ternilai.

Tapi sungguh saya sangat terkejut ketika membaca berita bahwa juara dunia bulutangkis tunggal putri tahun 1980 ini hanya pemegang kartu BPJS kelas 2. Beruntunglah perhatian Bapak Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin dan Menpora Zainuddin Amali langsung turun tangan.

Bapak Presiden selain menyerahkan bantuan tunai juga meminta kepada Menteri Kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada Ibu Verawaty dan tak menunggu lama, status keanggotaan BPJS Verawaty dari kelas 2 menjadi kelas 1 dan semua biaya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Bahkan untuk urusan pemakaman, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga turut membantu dengan mamfasilitasi pemakaman di Blok Khusus untuk para perintis dan pejuang kemerdekaan di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Tentu sebagai mantan atlet nasional bulutangkis, saya merasa bersyukur karena kepedulian para pimpinan kepada seorang atlet. Perhatian kepada mantan tulang punggung tim badminton Indonesia itu adalah bukti pemerintah peduli dengan mantan atlet.

Selamat jalan Verawaty Fajrin, semoga Husnul Khatimah. Aamiin. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here