Saatnya Meraih Derajat Takwa

1405

Atas sejumlah ciri-ciri ketakwaan di atas, para ulama mengklasifikasi kualitas puasa umat Islam kepada tiga tingkatan, yakni: Pertama, puasa ‘Am, yakni puasanya orang kebanyakan. Pada kategori ini, puasa hanya merupakan aktifitas ibadah yang sekadar memenuhi syarat dan rukun saja, yaitu berniat dan menahan diri dari makan, minum dan menggauli isteri di siang hari Ramadhan. Sedangkan perilaku yang lain tidak ikut berpuasa. Ia masih berbohong, memfitnah, menghasud, mencaci, dan lain sebagainya.

Kedua, puasa Khawash, inilah kualitas puasa orang-orang yang dapat mengantarkan mereka kepada derajat takwa. Pada tingkatan ini, selain mampu menahan makan minum dan menggauli isteri di siang hari, mereka juga mampu menahan dan mengontrol panca indera dari perbuatan dosa atas “dorongan iman dan kesadaran”. Pada puasa kelompok khawash ini, pelakunya sudah sanggup tidak berbohong, menggunjing, bertengkar, berkelahi, ngerumpi, dan lain sebagainya.

Ketiga, puasa Khawashul khawash, puasanya orang-orang istimewa. Imam Al-Ghazali menyebut kategori ini sebagai tingkatan tertinggi. Inilah puasanya para nabi dan orang-orang yang diberikan anugerah luar biasa oleh Allah Swt. Mereka bukan saja berpuasa menahan diri dari perbuatan lagha (sia-sia) dan dosa, tetapi juga syubhat yang mampu mereka jauhi.

Seperti telah disebutkan di atas, berpuasa intinya adalah mengendalikan hawa nafsu yang bersarang di dalam diri. Melalui puasa kita diajarkan untuk mampu mengendalikan dan melatih jiwa dan raga (pikiran/rasio, perasaan/emosi dan tingkahlaku/psikomotorik). Agar kualitas puasa kita masuk pada kategori Khawash atau bahkan Khawashul khawash, tentu kita memerlukan persiapan lahir dan batin serta sikap yang benar dalam menghadapi Ramadhan.

Dengan sikap yang benar serta persiapan lahir dan batin, ibadah kita diharapkan lebih terukur dan lebih berkualitas, sehingga derajat takwa dapat kita raih. Ukuran ketakwaan kita yang meningkat dapat dilihat pada perilaku masing-masing selepas Ramadhan. Jiwa-jiwa yang bertakwa akan tampil dari sosok yang lebih tenang dan stabil, lebih dewasa dan matang, lebih pemaaf dan toleran, lebih pemurah dan peduli kepada tetangga, sahabat dan masyarakat di sekelilingnya.

Semoga ibadah puasa dan segala amal kebajikan kita di bulan Ramadhan kali ini diterima dan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan kita pun menjadi hamba-hamba-Nya yang dianugerahi predikat muttaqin. Aamin.

Wallahu A’lam bish Shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here