Reni Politisi Perempuan Berkemauan Keras

1583
Almarhumah Dr. Hj. Reni Marlinawati.

Oleh: Lukman Hakiem (Peminat Sejarah/Sekretaris Majelis Pakar PP PARMUSI)

KABAR duka itu datang secara tiba-tiba, dan sungguh mengejutkan. Siang itu, anak sulung saya menyampaikan kabar yang dia sendiri tampak tidak percaya: “Teh Reni meninggal dunia.”

Saya terlonjak kaget. Segera saya raih handphone (HP, telepon genggam) yang sedari pagi terus dipegang oleh cucu.

Begitu HP saya buka, dari berbagai grup whatsapp (WA) bermunculan berita duka: “Wakil Ketua Umum DPP PPP dan mantan Presidium Majelis Nasional KAHMI, Dr. Hj. Reni Marlinawati wafat di RSCM pukul 14:15.”

Sekujur tubuh saya lemas. Untuk beberapa saat, saya termenung: “alangkah misteriusnya hidup ini.”

Kang, Abdi Bade Ngadeuheus

Alangkah misteriusnya hidup ini. Alangkah tipis jarak antara kehidupan dan kematian.

Reni yang lahir di Sukabumi pada 10 Maret 1973, menghembuskan nafas terakhir pada hari Jum’at, 7 Agustus 2020 dalam usia 47 tahun.

Saya mengenal Reni menjelang pemilihan umum 2004. Kami sama-sama menjadi calon anggota legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari daerah pemilihan Jawa Barat III (Kab. Cianjur, Kabupaten dan Kota Sukabumi). Saya caleg untuk DPR-RI, Reni caleg untuk DPR Provinsi Jawa Barat.

Karena dapilnya sama, kami sering jalan dan berkampanye bareng.

Kesan saya, sebagai pendatang baru di belantika politik, Reni cukup rendah hati untuk mau menyimak dan mengikuti “arahan” saya di dalam menjalani kampanye.

Sebagai caleg perempuan muda, cantik, dan cerdas, seringkali kehadiran Reni lebih ditunggu ketimbang saya.

Takdir Allah menentukan, pada 2004 itu saya lolos ke Senayan, sementara Reni belum berhasil.

Pada pemilu 2009 dan 2014, Reni terpilih menjadi anggota DPR-RI dari dapil Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Karier politiknya terus melesat. Menjadi Wakil Bendahara, menjadi salah seorang Ketua, dan menjadi salah seorang Wakil Ketua Umum DPP PPP.

Di Parlemen, Reni mencatatkan dirinya sebagai perempuan pertama yang menjadi Ketua Fraksi PPP. Sebuah rekor yang entah kapan bisa dipecahkan.

Meskipun karier politiknya terus melejit, jika ada sesuatu yang hendak dibicarakan, Reni tidak segan mengontak saya.

Kosa katanya yang khas dan saya hafal jika dia meminta waktu bertemu ialah: “Kang, aya di bumi? Teu kaabotan upami abdi ngadeuheus?” (Kang, ada di rumah. Tidak keberatan jika saya merapat?).

Saya selalu menjawab singkat: “Mangga. (Silakan).”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here