Ramadhan Berlalu, Ketaatan Menetap!

614

Ketiga, keberhasilan sebuah ibadah itu tidak saja dilihat pada saat pelaksanaannya. Justeru indikasi keberhasilan sebuah ibadah akan terlihat pasca pelaksanaan ibadah itu sendiri.

Satu contoh yang kongkrit dalam Al-Quran adalah sholat. Saya ambil penyebutan itu di dua tempat. Pertama, di surah Al-Mukminuun. Kedua, di surah Al-Maa’uun.

Al-Mu’minun menggambarkan kesuksesan orang-orang sholat: قدافلح المؤمنون

Sementara di Al-Maa’uun Allah mengancam orang-orang yang sholat: فويل للمصلين

Poin yang saya ingin sampaikan adalah penggunaan kata “في” di Al-Mu’minuun dan “عن” di Al-Maa’uun. Apa bedanya?

Ternyata kata “fii” di Al-Mu’minuun menunjukkan bahwa kekhusyu’an yang dimaksud itu harus ada dalam sholat, ketika sholat dilaksanakan.

Sebaliknya kata “‘an” di Al-Maa’uun menunjukkan bahwa “kelalaian dari sholat” (saahuun” dimaksudnya tidak ketika sholat. Tapi melupakan apa yang pernah dilaksanakan (sholat).

Dengan demikian sholat yang sukses itu adalah khusyu’ dalam pelaksanaan. Tapi juga tidak terlupakan “makna-maknanya” dalam kehidupan ril manusia.

Demikian juga puasa. Keberhasilannya bukan saja pada bulan Ramadan. Tapi harusnya teridentifikasi setelah Ramadan berlalu. Apa dan bagaimana dampak puasa dalam kehidupan riil pelakunya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here