Quraish Shihab Jelaskan Makna Haji Mabrur

1901
Prof. Muhammad Quraish Shihab.
Prof. Muhammad Quraish Shihab.

Jakarta, Muslim Obsession – Setiap calon jamaah haji pasti memimpikan ibadah diterima Allah subhanahu wata’ala atau mendapatkan haji yang mabrur. Namun untuk mendapatkan itu semua tidak mudah.

Salah satunya, seorang jamaah haji perlu memperhatikan syarat haji dan rukun-rukunnya. Tak cuma itu, seseorang harus bersungguh-sungguh menjalankan ibadah ini seperti ia berjanji kepada Allah.

Demikian dikatakan Prof. Muhammad Quraish Shihab. Menurut mantan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Jakarta) ini, makna haji mabrur atau diterimanya ibadah haji seorang muslim bukan sekadar sah dari sisi pelaksanaannya saja.

Mabrur berasal dari kata barra yabarru yang artinya tunduk, taat atau menaati. Jadi haji mabrur adalah hajinya orang yang menepati janji setelah kembali dari Tanah Suci.

“Kita melaksanakan ibadah ini bagaikan berjanji kepada Allah. Misalnya, thawaf bermakna memasukan diri ke dalam lingkungan Tuhan. Setelah haji, anda berjanji bahwa sisa hidup anda akan selalu masuk dalam lingkungan-Nya,” kata Quraish Shihab di Jakarta, belum lama ini.

Selanjutnya, jelas Quraish, Sai atau usaha (lari-lari kecil) yang lambangnya dimulai dari Shofa menuju Marwah memiliki makna puas.

“Sai berarti Anda berjanji akan berusaha dengan titik tolak dari kesucian secara sungguh-sungguh. Itu sebabnya, ada lari-lari. Lalu puas dengan hasil setelah usaha maksimal,” ujarnya.

Sedangkan makna dari melempar jumroh (batu) artinya jamaah berjanji, sejak saat ini akan jadikan syetan sebagai musuh dan menjauh darinya.

“Kalau Anda menepati janji Anda, maka haji Anda mabrur. Bukan sekadar sah saat pelaksanaanya di sana. Haji mabrur ditentukan setelah kembali dari Makkah. Dan ingat, anda berjanji pada Tuhan, bukan pada manusia,” ungkap mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII ini.

Lebih lanjut, pengarang Tafsir Al Misbah ini mengatakan semua perbuatan harus ada niatnya, termasuk ketika akan melaksanakan ibadah haji. Niat tidak harus diucapkan. Tetapi kalau diucapkan akan membantu memantapkan niat.

“Niat melakukan perjalanan haji harus diluruskan mulai sekarang. Karena semua amal tergantung pada niatnya. Pelajari tentang tata cara ibadah haji, supaya tidak salah dalam praktiknya nanti. Tetapi kalau sudah usaha lantas masih salah, insya Allah akan dimaafkan, diampuni, jangan khawatir,” jelasnya.

Menurutnya segala sesuatu bersumber dari hati. Tetapi apa yang ada di hati, harus diupayakan dengan pengamalan. Sesuai antara yang diucapkan dengan perbuatan.

“Sekuat kemampuan dalam keyakinan. Upayakan sekuat tenaga, kalau kurang-kurang, sadari lalu perbaiki diri. Jangan sudah menyaadari itu salah, tetapi berlanjut dalam kesalahan. Itu yang menyebabkan su’ul khotimah. Jadilah haji yang mabrur dengan berupaya membuktikan apa yang dijanjikan. Meskipun pada hakikatnya, mabrur atau tidak hanya Tuhan yang tahu,” pungkasnya. (Way)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here