Di tempat yang sama, Ketua PW Parmusi Sumut Efi Brata Madya mengatakan, kader Parmusi harus memiliki empat kekuatan utama dalam hidupnya, yakni memiliki pengetahuan yang luas, memiliki skill, memiliki kecerdasan akhlak, dan kecerdasan spiritual. Pelatihan thibbun nabawi ini, kata dia, tujuannya untuk menggabungkan empat potensi itu.
“Thibbun nabawi tidak mungkin bisa kalian kuasai kalau tidak punya pengetahuan yang luas. Pengetahuan juga tidak cukup kalau tidak punya skill. Skill punya, pengetahuan punya tapi kalau tidak punya akhlak yang baik juga percuma. Dan akhlak yang yang baik kuncinya adalah spritualitas,” jelasnya.
Ia menyebut, Parmusi adalah pihak yang kali pertama mengadakan pelatihan thibbun nabawi di Sumut. Ia melihat belum ada satupun pelatihan thibbun nabawi diadakan di Sumut kecuali oleh Parmusi.
Sehingga wajar animo masyarakat untuk mengikuti kegiatan ini cukup tinggi. Menurut Efi, Parmusi ingin memberdayakan masyarakat melalui peningkatan skill yang dimiliki para dai.
“Kalau sudah punya kemampuan ini, paling tidak ilmunya bisa digunakan untuk diri sendiri dan keluarga. Syukur-syukur kalau sudah mahir dan bisa bermanfaat untuk masyarakat sehingga bisa malahirkan kesejahteraan,” tuturnya.
Sementara itu Muhammad Hakimmudin, instruktur dalam pengobatan ini, menambahkan bahwa thibbun nabawi bersifat qath’i dan ilahi yang bersumber dari wahyu kenabian dan kesempurnaan akal.
Adapun pengobatan lain secara umum hanya berlandaskan perkiraan, dugaan, dan percobaan. Metode ini akan dirasakan manfaatnya jika menerima dan meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Penyembuh.
“Jadi pengobatan thibbun nabawi hanya cocok bagi jiwa yang baik sebagaimana pengobatan dengan Al-Quran yang tak cocok kecuali bagi jiwa yang baik dan hati yang hidup,” ucapnya.
“Hal-hal itu bukanlah disebabkan kekurangan pada obat, namun lebih disebabkan buruknya karakter, rusaknya tempat, dan tidak adanya penerimaan,” tambahnya Hakim yang menjabat sebagai salah satu anggota Majelis Pakar Parmusi ini.
