Panjang Jimat, Tradisi Maulid Nabi di Kasepuhan Cirebon

1636
Panjang Jimat (Foto: Istimewa)

Cirebon, Muslim Obsession – Perayaan peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. lazim disebut Muludan. Di keraton Cirebon, puncak Muludan dilambangkan dengan sebuah prosesi yang disebut ‘Panjang Jimat’.

Sebuah ritual simbolik dramatisasi alegoris lahirnya Nabi Muhammad Saw. Sebuah lakon yang menggambarkan kebahagian yang tak bisa dikatakan. Ya, sebuah ekspresi kebahagiaan lahirnya seorang Nabi yang membawa perubahan besar dalam sejarah kehidupan manusia.

‘Panjang Jimat’ sendiri ada yang mengatakan merupakan benda pusaka utama berupa piring keramik Tiongkok yang berhias tulisan-simetris kalimat syahadat dalam bahasa Arab.

Prosesi Panjang Jimat atau pelal, yang digelar setiap 12 Mulud, adalah puncak perayaan Maulud Nabi Muhammad. Meski digelar malam hari, pelal sampai saat ini masih menjadi magnet bagi ribuan warga dari berbagai pelosok negeri, bahkan tidak sedikit juga wisatawan asing yang datang untuk menyaksikannya.

Di Keraton Kasepuhan, perangkat pelal diarak dari mulai Keraton Kasepuhan menuju mesjid agung keraton yang berjarak sekitar 300 meter. Ada 16 simbol arak-arakan yang menceritakan drama kelahiran Nabi Muhammad.

Diawali dari rombongan pembawa payung keropak, tunggul manik, lilin dan damar kurung sampai pembawa tujuh nasi jimat di atas piring besar atau panjang. Ini menggambarkan kesiapan Abdul Mutholib, menyambut kelahiran Nabi Muhammad, cucunya.

Keindahan puluhan damar kurung-semacam lampion warna-warni yang mengawali arak-arakan menjadi daya tarik tersendiri. Prosesi diakhiri dengan pembacaan barjanji (asrakalan) dan salawat untuk Nabi Muhammad Saw.

Makanan yang sudah mendapat doa-doa itu kemudian dibagi-bagikan kepada sultan, famili, abdi dalem dan warga. Saat itulah makanan yang telah didoakan seperti bekasem ikan, nasi tumpeng, nasi uduk, nasi putih dan terutama “nasi jimat”, menjadi rebutan ribuan warga yang sudah menunggu di halaman keraton.

Tidak seperti nasi dan berbagai variannya yang dimasak dengan air, nasi jimat yang menjadi sajian utama pelal, dimasak dalam rendaman minyak goreng langsung, saat masih berupa beras.

Saat ini, nasi jimat menjadi satu-satunya menu sajian pelal yang dimasak harus dengan kayu bakar, di dapur mulud. Kayu bakar yang digunakan pun didatangkan khusus dari tempat-tempat yang dikeramatkan. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here