Mimpi itu kemudian menjadi doa yang terus diusahakan dengan mengumpulkan sekeping uang jerih payah dengan bertahun-tahun menabung. Saat semuanya sudah terkumpul, mimpi itu pun tertunai dan kebahagiaan bisa tertunaikan karena bisa mencium tanah suci.
Labbaik Allahumma labbaik
Labbaikala syarikalaka labbaik
Innal hamda wanni’matalak
Walmulkala syarikalak
Di tengah upaya untuk merealisasikan mimpi ini ada banyak narasi-narasi yang menggugah tentang kesulitan, perjuangan, sekaligus tantangan. Ini karena untuk ke tanah suci tersebut tidak murah.
Dengan kondisi semacam ini kita bisa melihat bagaimana mereka yang menunaikan mimpi-mimpi ini berangkat sudah dalam keadaan tidak lagi muda. Ada banyak dari mereka yang sepuh dan renta yang kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di tanah suci.
Dari beberapa tulisan, tersirat bagaimana saya begitu marah ketika para pengelola travel yang menggarong uang mereka sehingga mimpi itu kandas menjadi doa-doa panjang atas harapan yang menguap.
Sungguh, mereka telah menghancurkan mimpi orang-orang kecil atas harapan yang panjang tentang terbunuhnya doa dan perjuangan mereka di tengah hatinya yang menjerit untuk segera berangkat menunaikan perintahnya.
Pergilah dengan hatimu
Pergilah karena panggilan Tuhan
Tunaikan perintah-Nya
Allah kan menjagamu