Lisan Kita, Niat Kita

1009

Oleh: Ustadz Felix Siaw (Pengemban Dakwah)

Ada yang berkata-kata dengan niat untuk menyakiti, maka itu pula yang akan diterima yang mendengar. Ada yang berkata-kata dengan niat ingin memperbaiki dengan tulus, dan itu pula yang didapat pendengarnya

Rasulullah menasihati,”Segala sesuatu itu tertunduk pada niatnya.”

Maka apa yang sampai pada seseorang kemungkinan besar adalah sesuatu yang diinginkan oleh yang menyampaikan pesan.

Saat niat kita sudah lurus, ikhlas sebab Allah, didasari cinta kasih, maka kita akan memilih kata-kata yang bernas, di saat paling pantas, dengan cara paling welas, hingga pesan kita tunai tuntas.

Tapi bila sudah niat kita tak benar, maka kata-kata yang terpilih pun kasar. Saat mengucap kita merasa besar. Standar kemenangan bila lawan bicara sudah sakit hati, kalau bisa sekalian sampai menangis.

Padahal, hampir tak pernah kita menemukan, yang salah bisa diubah benar oleh kasarnya kata, atau pendosa berhijrah pada taat sebab lucahnya lisan. Sebaliknya, hati kita dibuka dengan welas asih.

Andai telah tertakluk hati, biasanya akal akan terus menunduk, tapi bila hati sudah tersinggung, rasio apapun takkan bisa memuaskan. Bagaimanapun kita manusia, yang masih perlu dihargai.

Kata-kata yang baik takkan pernah merugi. Bila diterima ia mengubah, bila ditolak ia tinggalkan pesan. Bila salah dia tak menyakiti, bila benar dia jadi nasihat jiwa.

Andai bukan Rasulullah teladan kita, takkan ada contoh tetap lembut walau dikasari, tetap santun walau didustai, tetap sabar walau dimaki, tetap berkata benar walau tak disukai, Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaihi.

Ilmu boleh jadi masih dicari, tapi adab jangan sampai kita tak punyai. Karena mendakwahkan Islam kita bisa jadi dibenci. Tapi jangan sampai karena akhlak buruk lantas kita tak disukai, Islam lalu dicaci.[]

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here