Kisah Nizam Rohingya Ingatkan Kita Pada Uwais Al-Qarni

2781

“Engkau yang lebih berhak untuk memohon ampunan kepada Allah untukku karena engkau adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawab Uwais. Namun, setelah didesak, Uwais pun mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah.

Setelah itu Umar kembali bertanya, “Engkau hendak ke mana?”

“Ke Kufah,” jawab Uwais.

“Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggung jawab di negeri Kufah supaya membantumu?”

“Tidak. Aku lebih suka menjadi orang yang lemah.”

Setelah terjadi dialog tersebut, lalu Uwais pergi ke Kufah yang berada di Irak. Usair bin Jabir kembali mengisahkan: Kami berkumpul dalam halaqoh untuk mengingat Allah. Uwais pun ikut duduk bersama kami. Ketika ia mengingatkan para hadirin (yang duduk dalam halaqoh tentang akhirat), nasihatnya itu sangat mengena hati kami, tidak sebagaimana nasihat orang lain.

Suatu hari, Usair bin Jabir tidak melihat Uwais. Ia kemudian bertanya kepada teman-teman halaqoh, “Apakah yang sedang dikerjakan oleh orang yang (biasa) duduk dengan kita? Apakah ia sakit?”

“Orang yang mana?” Tanya salah seorang dari mereka.

“Orang itu adalah Uwais Al-Qarni,” jawab Usair.

Orang itu kemudian menunjukkan di mana tempat tinggal Uwais. Setelah mendatangi rumah Uwais dan bertemu, Usair kembali berkata, “Semoga Allah merahmatimu. Dari manakah engkau? Kenapa engkau meninggalkan kami?”

“Aku tidak memiliki rida’ (semacam syal/selendang untuk menutup tubuh bagian atas). Itulah yang menyebabkan aku tidak menemui kalian,” jawab Uwais.

Mendengar hal itu, Usair kemudian melemparkan rida’ miliknya dengan maksud diberikan kepada Uwais. Namun, Uwais menolak. Ia lemparkan kembali rida’ itu kepada Usair. Melihat itu, Usair lalu terdiam beberapa saat.

“Jika aku mengambil rida’ milikmu ini, kemudian aku memakainya dan orang-orang melihatku, niscaya mereka akan berkata, ‘Lihatlah orang yang cari muka ini. Tidaklah ia bersama orang ini hingga ia menipu orang tersebut atau ia mengambil rida’ orang itu,” kilah Uwais.

“Kalau begitu, keluarlah hingga aku mendengar apa yang akan mereka katakan!” ujar Usair.

Uwais pun akhirnya mau menerima rida’ tersebut. Kemudian keduanya keluar bersama. Dan, benar saja. Saat keduanya melewati orang-orang yang sedang berkumpul dan duduk, mereka pun berkata, “Lihatlah kepada orang yang tukang cari muka ini, tidaklah ia bersama orang itu hingga ia menipu orang itu atau mengambil rida’ orang itu”.

Usair lalu menemui mereka dan berkata, “Tidak malukah kalian? Kenapa kalian menggangunya? Demi Allah, aku telah menawarkannya untuk mengambil rida’ku, namun ia menolaknya!”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here