Khatib dan Imam Shalat Jumat, Haruskah Orang yang Sama?

1897
Ilustrasi: Khutbah Jumat. (Foto: sinar5news)

Oleh: Drs. H. Tb. Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Pelaksanaan Shalat Jumat di sejumlah masjid seringkali kita temukan berbeda pelaksanaannya. Dalam konteks ini, ada penyelenggaraan shalat Jumat dengan imam dan khatib dilakukan oleh petugas yang sama. Tapi ada juga imam dan khatib dilakukan oleh dua orang yang berbeda.

Terdapat sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

“Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jumat, ‘Diamlah, khatib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia,” (HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).

BACA JUGA: Bolehkah Shalat Witir Setelah Tahajud, Meski Sudah Witir Ba’da Isya?

Hadits di atas menyebutkan imam dan khatib dilakukan oleh orang yang sama. Kenapa? Karena imam Jumat sejatinya itu satu paket dengan khatib. Antara shalat dan khutbah Jumat adalah pengganti shalat Zhuhur serta tidak boleh terpisah.

Oleh karenanya ada istinbath hukum dari hadits di atas. Berikut ini pendapat sejumlah ulama madzhab yang empat.

1. Disunahkan shalat jumah tidak diimami oleh selain orang yang ditunjuk menjadi khatib, karena shalat Jumat dan khutbah seperti sesuatu yang satu. (Minyah Al-Mushalli hal. 246, ad-Durr al-Mukhtaar I/576)

BACA JUGA: Menggunakan GoPay, Bagaimana Hukumnya?

2. Dalam Kitab Tanwiir Al-Abshaar diterangkan, “Bila terjadi seorang bocah berkhutbah atas rekomendasi seorang penguasa dan yang menjadi imam orang lain yang baligh, maka boleh. Hanya saja disyaratkan imam shalat tersebut hadir saat khutbah berlangsung. (Ad-Durr Al-Mukhtaar I/576)

3. Dalam Kitab Al-Badaa-i’ dituturkan, “Bila imam berhadats seusai khutbah sebelum menjalankan shalat Jumat, kemudian menjadikan orang lain sebagai imam bila ia hadir saat khutbah berlangsung atau ia mendapati sebagian isi khutbah maka boleh. Bila tidak, maka tidak boleh dan harus mengerjakan shalat Zhuhur. Pernyataan ini yang dipilih oleh mayoritas ulama Fiqh. (Al-Badaa-i’ I/263, Hasyiyah al-Jamal II/58, al-Mughni II/307, Kisyaaf al-Qinaa II/34)

4. Kalangan Malikiyyah berbeda pendapat mengenai ketentuan di atas. Menurut mereka keberadaan khatib dan imam shalat Jumat harus satu orang. Kecuali bila terdapat udzur (halangan) seperti sakit dan imam tidak mampu atau layak menjalankan fungsinya sebagai khatib. (Syarh Al-Jawaahir hal 123). [Al-Mausuuah Al-Fiqhiyyah XXVII/206].

BACA JUGA: Membaca Al-Fatihah Setelah Shalat Fardhu

اَلْمَالِكِيَّةُ قَالُوْا تَنْقَسِمُ شُرُوْطُ الْجُمُعَةِ إِلِى قِسْمَيْنِ شُرُوْطِ وُجُوْبٍ وَشرُوْطِ صِحَّةٍ – إلى أن قال – وَأَمَّا شُرُوْطُ صِحَّةِ الْجُمُعَةِ فَهِيَ خَمْسَةٌ – إلى أن قال – اَلثَّالِثُ اْلإِمَامُ وَيُشْتَرَطُ فِيْهِ أَمْرَانِ أَحَدُهُمَا أَنْ يَكُوْنَ مُقِيْمًا أَوْ مُسَافِرًا نَوَى إِقَامَةَ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ وَقَدْ تَقَدَّمَ ثَانِيْهِمَا أَنْ يَكُوْنَ هُوَ اَلْخَطِيْبُ فَلَوْ صَلَّى بِهِمْ غَيْرُ مَنْ خَطَبَ فَالصَّلاَةُ بَاطِلَةٌ إِلاَّ إِذَا مَنَعَ اَلْخَطِيْبُ مِنَ الصَّلاَةِ مَانِعٌ يُبِيْحُ لَهُ اْلاسْتِخْلاَفَ اهـ

5. Kalangan Malikiyyah berkata: Syarat-syarat Jumat terbagi atas dua, syarat wajib dan syarat sah…. Sedangkan syarat sahnya shalat Jumat…. Disyaratkan imamnya harus orang yang berdomisili atau orang yang bepergian yang niat menetap selama 4 hari, imamnya harus orang yang menjadi khatib. Dengan demikian, bila imam jamaah shalat Jumat bukan petugas khatib, maka shalat Jumatnya batal kecuali bila ia terhalang menjadi imam akibat hal yang memperkenankan terjadi pengganti imam shalat. [Al-Fiqh alaa madzaahib al-Arba’ah I/595 ]

وَيُكْرَهُ ذَلِكَ أَعْنِيْ أَنْ يَكُوْنَ اَلْخَطِيْبُ غَيْرَ اْلإِمَامِ أَفْتَى بِذَلِكَ اَلشَّيْخُ التَّحْرِيْرِ اللَّوْذَعِيُّ مُحَمَّدُ صَالِحِ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ اهـ

6. Kalangan Syafi’iyyah: “Makruh hukumnya khatib tidak menjadi imam shalat Jumat,” (fatwa At-Tahriir Al-Laudzaa’i Muhammad Sholih Bin Ibrahim) [Sulam At-Taufiiq Hal 34].

Demikian. Wallaahu A’lam bish Shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here