Ketika Imam Syafii Membuat Jengkel Imam Malik

1109
Penghafal Al-Quran
Ilustrasi: Para santri tengah belajar di sebuah pondok pesantren di Ujung Kulon, Banten. (foto: Anto/Muslim Obsession)

Muslim Obsession – Terdapat perbedaan mencolok dalam tradisi belajar para pembelajar terdahulu dengan pembelajar zaman sekarang. Apanya yang beda?

Perbedaan mencolok itu, menurut Gus Baha, terletak pada tradisi ‘sorogan’ yang dilakukan santri atau si pembelajar, dimana para pembelajar membacakan kitabnya di hadapan gurunya.

“Dulu, ketika Imam Syafii ngaji kepada Imam Malik, kamu kira Imam Malik yang membaca? Tidak! Imam Syafii yang membaca,” kata kiai muda bernama lengkap KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim tersebut dalam sebuah tayangan video.

Saat itu, jelas Gus Baha, para pembelajar yang tidak bisa membaca kitab diperintahkan mengaji di belakang. Termasuk di antaranya Imam Syafii yang disuruh mengaji di belakang. Tak terima, Imam Syafii pun interupsi.

“Wahai, Imam Malik! Izinkan saya membaca kitabmu, Muwattho,” kata Imam Syafii.

Mendengar itu, Imam Malik justru meminta Imam Syafii membacakan kitab Muwattho di hadapan guru senior, bukan kepadanya.

“Tidak! Saya ingin mengaji kepadamu,” tegas Imam Syafii agak ngotot.

Imam Malik agak jengkel. Kemudian ia bertanya kepada Imam Syafii. “Dari mana kamu berasal?”

“Saya dari Qurasy,” jawab Imam Syafii.

Gus Baha menjelaskan, pada saat itu para ulama sangat menghormati keturunan Quraisy, terlebih kepada keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Singkat cerita, Imam Syafii diperkenankan membacakan Muwattho di hadapan Imam Malik. Hebatnya, Imam Syafii tak hanya membacanya dengan benar, tetapi juga hafal.

Sejak saat itu, Imam Syafii diperkirakan Imam Malik akan menjadi ulama besar. “Kelak kamu akan menjadi orang besar. Maka jangan padamkan cahayamu dengan maksiat”.

Gus Baha menjelaskan, Imam Syafii ketika itu menyiapkan bekal terlebih dahulu sebelum mengaji kepada Imam Malik.

Bekalnya adalah Imam Syafii mengkhatamkan Muwattho, menghafalnya, paham isinya, baru ke Madinah mencari Imam Malik.

“Jadi dulu yang namanya ngaji seperti itu,” kata Gus Baha. “Imam Ghozali juga sama. Mempelajari Kitab Imam Haromain. (Imam Ghozali) alim, hafal, baru bertemu gurunya,” tandasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here