Islamophobia dan Tanggung Jawab Dakwah (2)

850

Ketujuh, tetap penuh harap dan optimisme.

Putus harapan itu tidak ada kamusnya dalam iman. Sehingga sebesar apapun tantangan hidup, termasuk Islamophobia, harapan harus selalu besar.

“Keep your heads up” (angkat kepalamu)!

Ungkapan ini bukan keangkuhan. Tapi sebuah seruan untuk selalu optimis dalam melangkahkan kaki kehidupan. Bahwa seberat apapun rintangan, sinar itu selalu ada di ujung terowongan (shining light at the end of the tunnel).

Satu contoh yang selalu saya ulangi adalah betapa peristiwa 9/11 banyak disangka sebagai “kuburan Islam” di Amerika. Tanpa ada tendensi membenarkan tindakan yang tidak manusiawi itu, kenyataannya peristiwa itu justeru menjadi awal momentum kebangkitan dakwah dan Islam di Amerika.

Perkiraan bahwa tidak akan ada orang Amerika yang akan senang dengan Islam lagi, berbalik realita. Justeru setelah peristiwa itu dan di saat Islam dituduh sebagai inspirasi teror, orang-orang Amerika berbondong-bondong mencari tahu bahkan memeluk Islam.

Oleh karena itu menghadapi intensitas Islamophobia saat ini, optimisme dan harapan harus selalu terbangun dengan solid. Bahwa pada akhirnya Allah tidak akan pernah menelantarkan agamaNya.

“Mereka ingin menghentikan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka. Tapi Allah akan menyempurnakan cahayaNya kendati mereka tidak senang” (As-shof).

Itu adalah garansi Allah. Pada sisi kita sesungguhnya hanya menjalanan tugas (dakwah). Selebihnya Allah yang menetukan kesuksesan dan kemenangan itu.

Tapi bagaimana cara menjalankan tugas itu? Apa-apa saja yang harus menjadi konsideran utama dalam menjalan tugas dakwah tersebut? (Bersambung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here