Intoleransi Agama dan Ras

719

Sementara itu Saudara-Saudara kita di Pelstina semakin tenggelam dalam kesuraman yang tiada akhir. Pemerintahan Trump dengan semaunya mengakui Jerusalem Timur sebagai Ibukota Israel. Bahkan memindahkan kedutaan Amerika ke kota Suci itu walaupun bertentangan dengan resolusi PBB.

Bahkan terakhir Pemerintahan Trump membuat “deal” (persetujuan) dengan pemerintahan Natanyahu tanpa melibatkan pihak Palestina yang diakui sebagai penyelesaian konflik Palestina-Israel. Persetujuan yang mereka sebut dengan “the deal of the century” atau persetujuan abad ini ditolak mentah-mentah oleh pihak Palestina.

Anehnya justeru ada beberapa negara Islam, yang justeru terkadang diakui sebagai wakil suara negara-negara Muslim, seolah mengakui bahkan memuji persetujuan buatan Trump dan Natanyahu itu. Negara-negara itu adalah Saudi Arabia, Emirates dan Qatar. Menyedihkan memang. Tapi itulah realita pahit.

Mungkin yang paling menyedihkan akhir-akhir ini adalah intoleransi ras dan agama yang terjadi di propensi Xingjian atau Turkistan Timur di China. Saya katakan paling menyedihkan karena apa yang kita ketahui pasti jauh lebih kecil ketimbang yang sesungguhnya. Hal itu karena memang Komunis itu sangat ketat dalam menjaga rahasianya.

Kamp-kamp konsentrasi hanya pernah terjadi berabad lalu di Eropa. Di saat Hitler dan tentara Naziz membasmi kaum Yahudi. Kini perlakuan itu juga terjadi kepada Komunitas Muslim di Xingjian. Walaupun pemerintah Komunis China pintar menutupinya dengan istilah-istilah positif seperti “education camp” atau pelatihan pekerjaan, dan lain-lain.

Tapi adakah yang lupa dengan kelicikan dan kekejaman penguasa komunis? Tentu bagi bangsa Indonesia kekejaman Komunis bukan sesuatu yang mengejutkan. Bangsa ini pernah menjadi korban kebengisan manusia yang menganut idiolgi komunis.

Pada skala sporadis intoleransi agama dan ras kita juga lihat terjadi di beberapa negara mayoritas Muslim. Ada gesekan-gesekan sosial yang terjadi sebagai akibat langsung dari intoleransi agama dan ras.

Di Indonesia misalnya kita lihat beberapa waktu lalu terjadi kekerasan kepada warga Bugis Makassar di Papua. Peristiwa itu menimbulkan keresahan ras dan etnis di beberapa daerah Indonesia.

Mungkin yang terbaru adalah peristiwa pwngrusakan Rumah ibadah di Minahasa. Yang rumyan kemudian adalah bahwa pemerintah atau kepala desa setempat ikut serta dalam aksi itu. Menjadikan peristiwa intoleransi itu menjadi semakin rumit.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here