Gus Baha: Belum ada yang Mencintai Nabi Seperti Orang Indonesia

977
Gus Baha.
Gus Baha.

Jakarta, Muslim Obsession – Meski Indonesia jauh dari tempat kelahiran Nabi Muhammad Saw, namun kecintaan dan kerinduaan umat Islam Indonesia terhadap Kanjeng Nabi begitu dahsyat. Tidak ada orang yang mencintai Nabi seperti orang Indonesia.

Hal itu disampaika KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. Dalam suatu pengajian kitab bersama para santri, Gus Baha mengisahkan tentang karomah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki (ulama besar Makkah), yang pernah berjumpa Rasulullah lalu menyebut keistimewaan orang Indonesia.

Dalam ceramahnya kali ini, Gus Baha menyoal orang-orang ahli ibadah (‘Abid) tetapi dianggap bodoh dan merusak. Berikut petikan ceramah ulama asal Narukan Kabupaten Rembang dilansir dari iqra.id belum lama ini.

Jangan suka mengikuti orang yang abid (ahli ibadah) tapi bodoh. Itu merusak! Shalat kok berlebihan. Wiridannya lama, bacaannya harus segini.

Kadang, ada caranya menggeleng seperti ini. “Waduh semua kok ada caranya.” Tidak perlu berlebihan seperti itu. Biasa saja!

Sebab, kita tidak pernah tahu bagaimana cara mencintainya umat kepada Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Masyhur, bisa dikonfirmasi, saya tidak bilang sahih, tapi mashyur. Jadi, Sayyid Muhammad itu pernah mukasyafah (mata batin terbuka) di makam Rasulullah.

Ketika itu Sayyid Muhammad melihat ada satu kelompok pada shaf awal, lalu Sayyid Muhammad bertanya, “Man hum Ya Rasulallah (siapa mereka, wahai Rasulullah?”

“Ashabi (sahabatku).”

Kelompok pada saf kedua ditanya, “Man hum Ya Rasalullah (siapa mereka, wahai Rasulullah?”

“Ashabi (sahabatku).”

Tapi, ada di belakang, kelompok yang lebih besar dan banyak sekali. Sayyid Muhammad Al-Maliki kembali bertanya, “Man hum Ya Rasulullah (siapa mereka wahai Rasulullah)?”

“Itu orang-orang Indonesia yang mencintai saya,” jawab Rasulullah.

Saat tersadar, Sayyid Muhammad bilang, “Saya mencintai Indonesia”.

Ternyata apa? Maulid di Indonesia, orang yang bertato saja ikut Mauludan (acara maulid). Tidak shalat pun ikut Mauludan. Itu tidak ada di negara lain.

Jadi, belum ada orang mencintai Nabi seperti orang Indonesia. Sampai kiai pertama yang menerima cerita itu, “Waduh yang tatonan saja mauludan”.

Kita tidak pernah tahu bagaimana cara mereka mencintai Nabi. Kita tidak pernah tahu. Kalian kan tidak ditakdirkan menjadi orang itu. Jangan memikirkan diri sendiri.

Orang munafik di zaman Nabi itu munafik yang mbodoni (membodohi) orang yang jelas benarnya. Sementara sekarang, orang yang mbodoni malah yang tidak jelas. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here