Muslim Obsession – Karena pembatasan COVID-19 terus mencegah Muslim Spanyol menyelenggarakan buka puasa bersama, sebuah gereja Katolik di Barcelona telah menawarkan serambi terbuka bagi umat Islam untuk makan dan berdoa bersama selama Ramadhan.
“Kita semua sama… Jika Anda Katolik atau dari agama lain dan saya Muslim, tidak apa-apa,” ujar Hafid Oubrahim, keturunan Maroko dari Berber yang menghadiri makan malam itu, kepada Reuters, Rabu (5/5/2021).
“Kita semua seperti saudara dan kita harus saling membantu juga,” ucapnya.
Selama Ramadhan, sekitar 50-60 Muslim, di antaranya tunawisma, memasuki lorong-lorong gereja Santa Anna di mana para sukarelawan menawarkan makanan rumahan yang lezat.
Pertemuan buka puasa di gereja disarankan setelah pembatasan makan di dalam ruangan memaksa umat Islam untuk mencari alternatif dengan ventilasi yang baik dan ruang untuk menjaga jarak.
Faouzia Chati, presiden Catalan Association of Moroccan Women yang dulu menyelenggarakan pertemuan Iftar di kota mengaku sangat bahagia.
“Orang-orang sangat senang umat Islam bisa berbuka puasa di gereja Katolik, karena agama berfungsi untuk mempersatukan kita, bukan memisahkan kita,” kata Chati.
Hidup berdampingan
Sanchez melihat pertemuan berbagai agama sebagai lambang koeksistensi sipil.
“Meski dengan budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, agama yang berbeda, kami lebih mampu duduk dan berbicara daripada beberapa politisi,” katanya.
Menurut Persatuan Komunitas Islam (UCIDE), Muslim membentuk 3,8 persen dari populasi Spanyol, 40 persen adalah Spanyol dan 60 persen sisanya adalah imigran.
Muslim di Spanyol sebagian besar berasal dari Maroko meskipun terdapat kehadiran yang signifikan dari Muslim Pakistan dan Senegal di kota-kota seperti Barcelona, Valencia, dan Logrono.
Di Catalonia saja, ada lebih dari 1,5 juta Muslim dari dua juta Muslim di Spanyol. Andalusia berada di urutan kedua dengan populasi lebih dari 300.000 Muslim, dan Madrid, dengan 280.000 Muslim.
