Esensi Puasa itu Menahan (2)

1026

Untuk tujuan itu, Allah mengatur hubungan manusia dalam lawan jenis itu dengan sebuah institusi sakral yang disebut pernikahan. Dengannya hawa nafsu manusia tersalurkan, bahkan menjadi pintu keberkahan.

Hingar bingar pembangunan kota-kota dunia, gedung-gedung pencakar langit di kota New York, bukan untuk disalahkan. Itu bagian dari eksistensi nafsu yang memang secara alami dijadikan bagian dari hidup manusia.

Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang transportasi dan telekomunikasi saat ini juga merupakan konsekswensi langsung dari eksistensi nafsu. Bahkan kemajuan peradaban materi itu semuanya bagian dari eksistensi nafsu manusia.

Pembangunan dan kemajuan dalam kehidupan dunia itu dalam pandangan Islam justeru menjadi bagian dari kebaikan (hasanah) kehidupan itu sendiri.

Celakanya memang ketika dorongan (hawa) nafsu (ego) manusia itu kemudian lepas kendali. Nafsu menjadi penentu hidup bahkan menjadi tujuan tertinggi (ultimate goal) kehidupan. Manusia hidup seolah tidak ada lagi yang penting dalam hidupnya selain memenuhi hawa nafsu dunianya.

Jika ini terjadi maka dunia tidak lagi sebagai sumber hasanah (kebaikan) bagi manusia. Sebaliknya menjadi sumber kesengsaraan dan kehancurannya.

Dunia tidak lagi menjadi objek hidup tapi berubah menjadi tuan atau master. Di sinilah kerap dunia atau nafsu berubah menjadi “tuhan kecil” dalam hidup.

Seperti yang diingatkan oleh Al-Quran: “Tidakkah anda melihat siapa yang menjadikan hawa (nafsunya) sebagai tuhan?”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here