Empat Kalimat Dzikir Istimewa dari Rasulullah

42950

Muslim Obsession – Setiap muslim diperintahkan untuk selalu berdzikir atau mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Dzikir memberikan kesempatan kepada seorang hamba untuk selalu merasakan kehadiran Allah di setiap saat.

Perintah agar selalu mengingat Allah, antara lain termaktub dalam QS. An-Nisa ayat 103, “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan begitu banyak bacaan dzikir kepada umatnya. Satu di antaranya adalah empat kalimat dzikir yang dikatakan Rasulullah Saw. memiliki keistimewaan karena timbangannya lebih berat dibandingkan kalimat dzikir lainnya.

Hal ini diketahui berdasarkan hadits berisikan percakapan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama salah satu istri beliau yaitu Juwairiyah.

“Dari Juwairiyah (Ummul Mukminin Radhiyallahu`anha), Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairiyah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi?” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu) yakni: “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi, wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’,” (HR. Muslim, no. 2726).

Menilik makna yang dikandungnya, dzikir jelas-jelas memiliki keistimewaan. Dibuka dengan kalimat Subhanallahi wa bihamdihi (Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya) dilanjutkan dengan kalimat pertama, ‘adada khalqihi (sejumlah makhluk yang Allah ciptakan).

Sebagai makhluk, setiap orang tentu tidak akan pernah mengetahui jumlah pasti dari seluruh makhluk yang telah Allah ciptakan. Mulai dari makhluk-Nya yang terkecil hingga yang terbesar. Namun harus selalu diyakini bahwa semua makhluk adalah ciptaan Allah dan yakin bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan pun beribadah pada-Nya.

Membaca kalimat dzikir ini, siapapun yang membacanya berharap akan mendapatkan pahala sebanyak jumlah makhluk yang Allah ciptakan.

Kedua, wa ridhaka nafsihi (serela diri-Nya). Orang yang beriman tentu mengetahui bahwa sejatinya rahmat Allah tak terhingga banyaknya. Jika Allah berkehendak, tentu rahmat-Nya akan selalu tercurah pada hamba yang dikehendaki-Nya.

Ketiga, wa zinata ‘Arsyihi (seberat Arasy-Nya). Tak seorang pun tahu hakikat Arsy Allah. Namun logikanya, jika kalimat pujian diberikan seberat Arsy-Nya, tentu Allah akan dengan senang hati memberikan ganjaran yang melebihi jumlah pujian hamba-Nya.

Keempat, wa midada kalimatihi (sebanyak tinta (bagi) kalimat-Nya). Kalimat Allah pastinya tak akan habis jika dituliskan. Allah memiliki kehendak yang agung dan tak bisa ditolak siapapun. “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula),” (QS. Al-Kahfi: 109).

Melalui hadits empat kalimat dzikir ini, sejatinya dapat pula dipahami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin berpesan bahwa setiap istri atau ibu memiliki tugas-tugas istimewa di pagi hari. Seorang istri atau ibu tentu harus menyiapkan keperluan suami untuk bekerja, menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, menyiapkan sarapan, dan berbagai aktifitas rumah sehari-hari.

Dengan adanya berbagai aktifitas inilah Rasul mengingatkan, bahwa dengan melafazhkan empat kalimat dzikir tersebut, seorang istri atau ibu dapat memiliki pahala yang istimewa. Pahala yang sama dengan kalimat dzikir yang dibacakan sejak Subuh hingga datang waktu Dhuha. Di sisi lain, seorang istri atau ibu juga memiliki waktu cukup yang bisa digunakan seoptimal mungkin untuk melakukan tugas lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here