Diniyyah Puteri Padang Panjang, Pesantren Puteri Pertama di Asia Tenggara

3640
foto-kampus-diniyah-puteri-padang-panjang
Kampus Diniyah Puteri Padang Panjang.

Oleh:  M. Fuad Nasar (Konsultan The Fatwa Center Jakarta)

Muslim Obsession – Kota Padang Panjang dengan hawa udara yang sejuk di tengah alam Minangkabau sangat kondusif sebagai kota pendidikan. Kota ini dijuluki Kota Serambi Makkah. Jika kita menyusuri salah satu jalan raya di tengah kota, yaitu dari Jembatan Besi atau Pasar Usang arah ke Lubuk Mata Kucing, kita akan bertemu Jalan Abdul Hamid Hakim.

Di lokasi itu berdiri kompleks sekolah bersejarah di Sumatera Barat, yaitu Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Para alumni perguruan berusia hampir seabad itu tidak hanya tersebar di berbagai daerah di Nusantara, tapi juga di negeri tetangga seperti Malaysia dan Brunei.

Perguruan Diniyyah Puteri (Al Madrasatut Diniyyah) didirikan oleh Ibu Hj. Rahmah El Yunusiyyah (1900-1969) pada 1 November 1923. Pejuang pendidikan yang gigih dan ikhlas berkorban itu terinspirasi untuk melakukan inovasi pendidikan Islam setelah mengikuti pendidikan pada Diniyyah School yang didirikan oleh kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy, tahun 1915.

Menteri Agama RI Prof. Dr. H. A. Mukti Ali (alm) sewaktu meresmikan salah satu gedung asrama Diniyyah Puteri Padang Panjang tahun 1978 mengatakan, “Kalau pada waktu sekarang orang mendirikan sekolah, adalah hal yang biasa. Akan tetapi pada waktu lebih 50 tahun yang lalu di mana orang menganggap wanita itu harammasuk sekolah, ada orang yang berani mendirikan sekolah untuk wanita, seperti Ibu Rahmah, maka itu adalah hal yang luar biasa. Di sinilah letak pentingnya Diniyyah Puteri, dan disitulah pentingnya Ibu Rahmah. Beliau telah meninggalkan jasa yang sangat besar, bukan untuk tanah Minang saja, tetapi juga untuk seluruh Indonesia bahkan untuk seluruh dunia wanita.”

Perguruan Diniyyah Puteri lahir karena dorongan cita-cita dan kepedulian untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan. Ibu Rahmah El Yunusiyyah yang akrab dipanggil Etek Amah tidak menginginkan puteri-puteri Indonesia hanya mendapat pendidikan rendah saja. Ia berharap anak perempuan mendapat kesempatan menempuh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada.

Ibu Rahmah El Yunusiyyah mempunyai keyakinan bahwa mendidik seorang laki-laki berarti mendidik seorang manusia, sedangkan mendidik seorang perempuan berarti mendidik suatu keluarga dalam rumah tangga. Dengan perguruan ini beliau menginginkan agar perempuan mampu hendaknya menjadi ibu pemimpin yang baik di dalam masyarakatnya atau menjadi ibu pendidik yang baik di tengah-tengah anak didiknya serta paling tidak menjadi ibu yang baik di dalam rumah tangga dan keluarganya.

Tujuan pendidikan Diniyyah Puteri adalah  membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar perngabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pada masa penjajahan Belanda, Perguruan Diniyyah Puteri menolak tawaran subsidi dari pemerintah karena tidak mau berada di bawah pengaruh kekuasaan kolonial. Di masa revolusi kemerdekaan, perguruan ini memberikan andil yang besar dengan sarana dan fasilitas yang dimilikinya digunakan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan.

Masa-masa suram pernah dialami lembaga pendidikan Islam termasyhur di ranah Minang tersebut. Gempa bumi dahsyat yang melanda Padang Panjang dan sekitarnya tahun 1926 menghancurkan gedung sekolah. Demikian pula kegiatan belajar mengajar terhenti secara total dan bangunan sekolah terlantar selama pergolakan PRRI tahun 1959.

Kompleks Diniyyah Puteri hanya berjarak beberapa puluh meter dari Perguruan Thawalib Padang Panjang. Sebelum lahir Diniyyah Puteri, di kota kecil Padang Panjang yang terletak antara gunung Merapi dan Singgalang, sejak Februari 1918 telah berdiri Perguruan Thawalib Padang Panjang (dahulu Sumatera Thawalib) dipimpin oleh Dr. Syekh H. Abdul Karim Amrullah (ayahanda Buya Hamka) dan dilanjutkan oleh Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim.

Keberadaan dua lembaga pendidikan Islam modernis yaitu Thawalib dan Diniyyah Puteri telah memberi warna pendidikan kota Padang Panjang secara keseluruhan. Lembaga pendidikan Islam tersebut telah melahirkan banyak ulama dan pemimpin di tingkat nasional maupun lokal.  Pendiri Pondok Pesantren Moderen Gontor yaitu KH Imam Zarkasyi semasa mudanya menuntut ilmu di Thawalib Padang Panjang.

Rektor Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir, Dr. Syekh Abdurrahman Taj tahun 1955 mengunjungi Indonesia dan meninjau Diniyyah Puteri. Pemimpin tertinggi Al-Azhar itu terkesan dan kagum dengan sistem pendidikan pada Diniyyah Puteri, sebab di Mesir sendiri belum ada sekolah khusus untuk perempuan. Ibu Rahmah El Yunusiyyah diundang ke Universitas Al-Azhar untuk membentangkan pengalamannya membangun pendidikan Islam di Indonesia.

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menginspirasi Universitas Al-Azhar Cairo sehingga mendirikan “Kulliyatul Banat” yakni fakultas khusus untuk perempuan. Pemimpin Universitas Al-Azhar memberi gelar kehormatan “Syaikhah” kepada Rahmah El Yunusiyyah. Selanjutnya mulai 1958 untuk pertama kali alumni Diniyyah Puteri mendapat beasiswa melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Cairo, di antaranya Isnaniyah Saleh (alm) dan Zakiah Daradjat (Prof. Dr, almh)

Setelah ditinggal wafat oleh para tokoh senior pelanjut estafet perjuangan Ibu Rahmah yakni mulai dari Ibu Dra. Hj. Isnaniyah Saleh, Ibu Hj. Husainah Nurdin, dan Ibu Hj. Hasniah Saleh, sekarang Diniyyah Puteri dipimpin oleh Hj. Fauziah Fauzan El Muhammady, SE, Akt, M.Si.

Perguruan Diniyyah Putri dikelola oleh Yayasan Rahmah El Yunusiyyah. Madrasah filial atau perwakilan Diniyyah Puteri di luar Sumatera Barat telah dikembangkan sejak Ibu Rahmah El Yunusiyyah masih hidup oleh para alumninya. Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sekarang menyelenggarakan 5 program pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Tinggi.

Perguruan Diniyyah Puteri mempunyai visi menjadi lembaga pendidikan Islam yang terus-menerus menyeimbangkan pola pengajaran terpadu Al-Qur’an Hadits, dan keilmuan modern terkini dalam rangka pembentukan generasi muda Islam yang profesional, beriman, bertakwa dan siap menghadapi tantangan zaman.

Sedangkan misi Diniyyah Puteri ialah; (1) Membentuk, putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian pada Allah Swt. (2) Mengembangkan pola pengajaran Islam berbasis tekhnologi secara berkesinambungan dalam upaya memperkaya khazanah dunia pendidikan sampai akhir zaman, dan (3) Merancang, mengembangkan, memberikan pengajaran Islam sebagai solusi kehidupan dalam untuk kajian praktis dalam rangka pengabdian kepada masyarakat dan tanah air.

Jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyyah Menengah Pertama (DMP) yang didirikan 1923 dengan sistem boarding school (berasrama) ditujukan untuk mendidik lulusan Sekolah Dasar menjadi kader-kader muslimah sejati. Sedangkan jenjang pendidikan di Kuliyyatul Mu’alimat El Islamiyah  (KMI) setara Madrasah Aliyah yang didirikan 1937 adalah untuk menghasilkan kader-kader muslimah yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual sehingga mampu menjadi generasi Islam yang tangguh dengan kepribadian mulia. Pada tahun 1957 Yayasan Diniyyah Puteri Padang Panjang telah mulai mengembangkan Perguruan Tinggi Diniyah Puteri dengan Dewan Kurator, antara lain H.S.M. Nasaruddin Latif.

Kurikulum Diniyyah Puteri sejak masa Ibu Rahmah El Yunusiyyah meliputi pelajaran agama, bahasa Arab, pelajaran umum dan keterampilan. Dewasa ini kurikulum yang diterapkan ialah perpaduan Kurikulum Kementerian Agama RI, Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kurikulum Lokal Diniyyah Puteri.

Perguruan Diniyyah Puteri mengembangkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler seperti organisasi dan kepemimpinan, Pramuka, Muhadharah dalam bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan Inggris, Kesenian Talempong, Paduan Suara, Nasyid, Teater, Seni Tari dan lain-lain, Hafidz Al Qur’an, Seni Baca Al Qur’an, Kaligrafi, Keterampilan rumah tangga: Tata Boga, Tata Busana dan Bordir, serta Drum Band.

Pesantren puteri pertama di Indonesia dan Asia Tenggara itu terus  menata perkembangannya melalui Re-enginering Program lima tahunan mulai 2003 – 2008. Penataan meliputi pembenahan manajemen, peningkatan kualitas SDM guru/karyawan, pembenahan sarana prasarana, pembenahan kurikulum dan proses belajar mengajar, serta pembentukan divisi otonom di antaranya Diniyyah Training Centre (DTC) dan Diniyyah Information Technology Centre (DITC).

Sewaktu mengunjungi Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, dalam suasana hati penulis timbul rasa kagum  dan hormat yang sedalam-dalamnya terhadap cita-cita dan perjuangan Ibu Rahmah El Yunusiyyah. Keberhasilan beliau mewujudkan lembaga pendidikan Islam terkemuka untuk anak perempuan sungguh satu amal jariyah dan jihad yang hasilnya dinikmati oleh generasi sekarang. Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA (mantan Menteri Agama) menyebut Rahmah El Yunusiyyah adalah tokoh yang mendahului zamannya.[]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here