Desa Madani Parmusi Diresmikan di Pulau Terluar di Sulut

1203

Minahasa Utara, Muslim Obsession – Tim Kafilah Dakwah Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) mendatangi Pulau Kinabuhutan, Kecamatan Likupang untuk meresmikan Desa Madani Parmusi. Kinabuhutan adalah sebuah desa kecil di tengah-tengah pulau yang jauh dari kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Berada jauh di tengah kota, untuk menuju Kinabuhutan membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam darat dan laut. Kafilah Dakwah Parmusi dipimpin Ketua Lembaga Dakwah Parmusi (LDP) KH. Syuhada Bahri, dan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Parmusi Sulut Syahrul Poli. Hadir juga Ketua Muslimah Parmusi Nurhayati Payapo, Bendahara Parmusi Dewi Achayani dan rombongan dai-dai Parmusi lain.

Sampai di Pulau Kinabuhutan, Kafilah Dakwah Parmusi disambut langsung Kepala Desa Sumarno Melawat, dan warga desa. Termasuk dua Dai Parmusi yang sudah ditugaskan untuk mengemban misi dakwah ilahiah. Dua dai itu yakni, Ustadz Syarwan Hamid dan Muhammad Ali. Bahkan satu di antara mereka tinggal di rumah kepala desa.

Sumarno menyambut baik ditetapkannya Kinabuhutan sebagai Desa Madani Parmusi. Sebagai desa terpencil, masyarakat yang hidup di Kinabuhutan 100 persen Muslim. Setidaknya ada 334 kepala keluarga dan 1280 jiwa yang tinggal di sana, masyarakat mayoritas hidup sebagai nelayan.

“Desa Madani Parmusi sangat kami butuhkan di sini, karena melalui dai yang ditugaskan di lapangan setidaknya telah membantu kami untuk memberikan pemahaman keagamaan kepada masyarakat. Jujur, warga di sini masih membutuhkan pembinaan yang kuat tentang ilmu agama,” ujar Sumarno.

Pusat kegiatan keagamaan akan difokuskan di Masjid Fathumubin yang sejak 2014 lalu dibangun kini sudah mulai dipakai untuk beribadah. Meski, jika dilihat dari luar, tampak bahwa kondisi bangunan ini belum begitu sempurna. Pintu dan jendela belum ada yang terpasang, demikian juga lantai dan juga tembok yang belum ada kulitnya.

“Masjid yang dibangun dengan swadaya masyarakat ini bisa dijadikan pusat kegiatan Parmusi dalam berdakwah. Meski belum terlihat sempurna, tapi kami bermaksud untuk mulai menggunakan masjid untuk shalat jamaah mulai Jumat besok,” jelasnya.

Sementara itu, KH. Ustadz Syuhada Bahri mengatakan, Gerakan Desa Madani memang difokuskan untuk membangun Indonesia dari pinggir di desa-desa yang berada di pulau-pulau terluar. Di mana pondasi utamanya adalah menguatkan iman dam takwa masyarakat agar keyakinan mereka terhadap agama Islam tidak goyah.

“Membangun desa pondasi utamanya harus iman, karena dengan iman yang kuat keislaman seseorang akan semakin matang, bisa melahirkan prilaku masyarakat yang baik,” ujar Ustadz Syuhada.

Dengan ditetapkan sebagai Desa Madani, Ustadz Syuhada Bahri berharap kehidupan warga desa menjadi semakin baik, bukan hanya soal peningkatan imannya, tapi juga ekonomi, sosial dan pendidikannya. Karena empat pilar tersebut adalah poin utama yang ingin dicapai dari Gerakan Desa Madani.

“Yang belum bisa ngaji Al-Quran semoga masyarakat di sini bisa ngaji, yang belum ada majelis taklim semoga ke depan sudah bisa dibentuk. Kegiatan keagamaan di sini semakin ramai, masyarakat bisa memakmurkan masjid untuk kepentingan bersama,” tandasnya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here