Cerita Sahabat Ditegur Rasulullah Gara-Gara Seekor Burung dan Semut

1403

Jakarta, Muslim Obsession – Sebagai sahabat yang selalu menemani perjuangan Nabi Muhammad Saw, tentu banyak cerita dan kisah-kisah menarik yang menyertai kehidupan para orang-orang mulia ini. Kisah itu tentu mengandung hikmah yang bisa diambil untuk semua.

Seperti halnya kisah seorang sahabat yang ditegur Rasulullah gara-gara seekor semut dan burung. Dikisahkan bahwa dalam sebuah momen perjalanan bersama Rasulullah, para sahabat pernah menyaksikan seekor humarah (semacam burung emprit) bersama dua anaknya.

Entah dengan alasan apa, mereka tiba-tiba mengambil kedua anak burung itu. Tentu saja sang induk berontak dan mengepak-ngepakkan sayapnya.

Rasulullah yang saat itu sedang membuang hajat tak tahu apa yang dilakukan para sahabatnya. Ketika kembali, beliau pun seperti terkejut lalu berseru:

“Siapa yang mengusik burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikan anak burung itu kepada induknya!”

Belum lama Nabi berhenti menasihati, beliau melihat lagi peristiwa ganjil, sebuah sarang semut hangus terbakar.

“Siapa yang telah membakar sarang ini?”

“Kami,” aku para sahabat Nabi.

“Sungguh, tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhan pencipta api,” sabda Rasulullah. Demikian cerita yang termaktub dalam hadits riwayat Abu Dawud.

Para sahabat memang bukan orang-orang yang maksum atau terbebas dari dosa. Tapi, dari kekeliruan merekalah Rasulullah memberikan sejumlah pelajaran kepada umatnya.

Tingkah para sahabat yang mengganggu induk burung dan anak-anaknya, serta menghanguskan kerajaan semut membuat Rasulullah merasa perlu untuk menegur. Tindakan itu tidak dibenarkan dan tidak disukai Nabi.

Peringatan Rasulullah kepada para sahabatnya adalah bukti betapa Islam sangat menghargai binatang dan kehidupannya. Islam mengizinkan manusia membela diri tatkala diserang binatang yang mengancam keselamatan fisik dan jiwanya.

Namun, Islam melarang pemeluknya untuk berbuat semena-mena, baik untuk melampiaskan amarah ataupun keisengan belaka.

Binatang, sebagaimana manusia, adalah makhluk Allah rabbul ‘âlamîn. Bahkan, binatang-binatang dianugerahi kemampuan untuk bertasbih—dengan caranya sendiri.

“Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Ash-Shaffat: 1). (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here