Begini Jawaban Rocy Gerung Saat Ditanya Ustadz Abdul Somad Soal Kematian

808

Jakarta, Muslim Obsession – Ustadz Abdul Somad dan Rocky Gerung adalah dua sosok yang berbeda. Jika yang satu seorang ulama, maka yang satunya lagi dikenal sebagai pakar filsafat. Lantas bagaimana jika keduanya bertemu membahas sesuatu yang menarik, yang sifatnya ghaib.

Dalam sebuah kesempatan kedua orang ini berdiskusi panjang lebar soal kematian. Kematian adalah sesuatu yang ghaib karena hanya Allah SWT yang tahu. Keseruan mereka diskusi soal kematian diunggah dalam di akun youtube Ustadz Abdul Somad Official,

Dalam tayangan tersebut, UAS sapaan Ustadz Abdul Somad memulai dengan mengajukan pertanyaan tentang kematian. “Bung Rocky, ada masanya berbunga, ada masanya harum semerbak, tetapi kemudian ada masanya layu dan kemudian mati. Bagaimana orang filsafat melihat kematian?”

Bung Rocky kemudian menjawab bahwa orang filsafat tidak bisa lihat kematian. Karena, orang filsafat menganggap, kematian itu adalah sama misterinya dengan kehidupan.

“Ada namanya filsafat epikorus, bikin poin bahwa waktu kita hidup kita tidak mati, waktu kita mati tidak hidup. Jadi, itu dua kualitas yang tidak perlu diperbandingkan,” kata Rocky

“Agama punya point of view yang lain bahwa kematian itu adalah penundaan dari harapan. Harapan itu, hanya bisa kita peroleh dengan melewati fase kematian. Jadi, ada politics of hope di dalam kematian,” tambahnya.

Rocky masih melanjutkan teori filsatanya bahwa kehidupan adalah politics of memory. “Memori itu coba kita hentikan supaya kita punya hope. Namun, sebetulnya kalau di dalam ilmu pengetahuan yang lebih positivistik, menanyanakan kematian itu tidak layak ditanyakan kepada orang hidup,” kata dia.

Dia mencontohkan, sama sepertinya orang bertanya tentang biodata Rocky Gerung untuk sebuah seminar. Ketika ditanya, Rocky menjawab bahwa biodata itu baru lengkap kalau orangnya meninggal. Sebab, kalau masih hidup biodatanya masih bertumbuh.

“Jadi, ngapain minta biodata karena saya masih bernapas,” ujarnya.

“Begitu saya tulis, biodata berubah, karena saya diundang ngomong dengan Ustadz Somad, bahwa saya bicara dengan ustdaz, saya enggak bisa tambahin di situ (di biodata) karena saya masih hidup,” tambah Rocky.

Contoh lainnya, menurut Rocky, dulu ada seorang sosiolog yang ditanya oleh wartawan. Jika sosiolog itu meninggal, ingin dikuburkan dengan cara apa dan di mana, dan dengan cara apa. Lalu, dijawab oleh sosiolog itu, sebaiknya para wartawan menanyakan kepada jenazahnya kelak.

“Jadi, pertanyaan tentang kehidupan nanti itu adalah pertanyaan untuk si mati. Kalau orang hidup itu hanya menggambar kenikmatan hidup nanti, ada kebahagiaan,” tutur Rocky.

Selain itu, menurut Rocky, teologi dan filosofi itu bersahabat baik. Karena, teologi menggambarkan kehidupan pascakematian nanti dalam format dalam keadaan yang indah. Sementara filsafat, merasionalisasi dan mengkritik secara rasional jalan pikiran itu.

“Jadi, kematian itu tema bersama teologi dan filosofi,” tegasya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here