Ada Jurang Mendalam Antara NU dengan Masyumi?

2215
Kampanye Partai Masjumi.

Terus Bergandeng Tangan

Sesudah itu, dalam berbagai aktivitas keislaman, tokoh-tokoh Masyumi dan NU senantiasa bergandeng tangan. Sekadar menunjuk contoh, bukankah ketika Buya HAMKA (Masyumi) menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), beliau didampingi oleh ahli fiqh yang sangat alim: K. H. M. Sjukri Ghazali (NU) sebagai Ketua Komisi Fatwa.

Untuk menyegarkan ingatan, Kiai Sjukri inilah yang menandatangani fatwa MUI tentang “Perayaan Natal Bersama”. Dan ketika pemerintah melalui Menteri Agama Letnan Jenderal H. Alamsjah Ratu Perwiranegara mendesak MUI agar mencabut fatwa itu, tanpa ragu Buya HAMKA memasang badan. Buya HAMKA memilih mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI ketimbang mencabut fatwa tersebut.

Pada tanggal 1 Muharram 1410 bertepatan dengan 17 Agustus 1989, M. Natsir (Masyumi) dan K. H. Masjkur (NU) memprakarsai  pembentukan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) yang menampung tokoh-tokoh dari berbagai organisasi kemasyarakatan Islam. Forum sebagai sarana pengajian dan pengkajian bersama itu akan “menyelenggarakan berbagai upaya ke arah peningkatan silaturrahmi, persaudaraan, dan persatuan, serta mengembangkan kegiatan-kegiatan secara konstitusional dalam rangka mempercepat pembangunan yang memberikan kemaslahatan bagi umat dan bangsa.”

Proses pembentukan forum ini sangat menarik. Pada suatu hari Kiai Masjkur datang ke kantor Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia di Jalan Kramat Raya 45 Jakarta. Tokoh senior NU itu hendak menemui sahabatnya, M. Natsir. Ketika tiba di kantor Dewan Da’wah, Kiai Masjkur meminta putranya, Sjaiful Masjkur, untuk melihat apakah tamu Ketua Dewan Da’wah itu masih banyak. Dari Sekretaris Pribadi Natsir, Misbah Malim, Syaiful mendapat keterangan bahwa masih ada beberapa tamu yang menunggu diterima.

Karena tamu Natsir masih beberapa orang, Kiai Masjkur memutuskan untuk kembali ke kediamannya.

Mendengar Kiai Masjkur datang ke Dewan Da’wah, segera setelah menerima tamu terakhirnya, Natsir meluncur ke kediaman Kiai Masjkur di Jalan Imam Bonjol.

Dari silaturrahmi dua sesepuh umat Islam yang saling menghormati itulah terbentuk Forum Ukhuwah Islamiyah.

Pak Natsir biasa datang ke rumah Kiai Masjkur sebagaimana Kiai Masjkur biasa bertamu di rumah Pak Natsir.

Tokoh NU yang juga putra K. H. M. Hasjim Asj’ari, K. H. M. Jusuf Hasjim, jika berjabat tangan selalu mencium tangan Natsir sebagai tanda hormatnya kepada tokoh Masyumi itu.

Benarlah yang dikatakan Juru Bicara Partai Masyumi, Dr. Anwar Harjono, S. H., antara Masyumi dan NU memang ada perbedaan-perbedaan, tetapi lebih banyak lagi persamaannya.

Jangankan antara Masyumi dan NU, antara pasangan suami-istri pun ada perbedaan. Dan untuk yang terakhir ini, perbedaan justru menjadi faktor paling penting. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here