Ini Masjid Tertua di Afrika Timur

1067
Masjid di Kongo (Foto: Askumo)

Jakarta, Muslim Obsession – Di bagian utara garis pantai Diani, terdapat masjid Kongo yang ikonik. Masjid ini menghadap ke Samudra Hindia. Masjid ini telah berdiri selama bertahun-tahun dan diyakini dibangun menggunakan batu karang pada abad 13 dan 14 oleh pedagang Arab.

Seperti dilansir Daily Nation, Sabtu, (14/7/2018), pada saat itu pantai adalah pusat ekonomi yang penting. Karenanya, masjid ini terkenal sebagai salah satu masjid yang tertua di Afrika Timur dan masih memiliki jemaah untuk beribadah di sana. Masjid ini dulunya dikenal sebagai Masjid Diani Persia.

Kongo berasal dari nama yang tertulis di batu, di salah satu kuburan di kompleks masjid. Di kompleks masjid itu, seorang Muslim yang setia, Swaddiq Kongo dikuburkan berabad-abad yang lalu.

Selain itu, di kompleks masjid juga terdapat beberapa kuburan yang diyakini milik orang-orang yang membangun masjid itu. Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun dan digunakan oleh para pedagang Arab untuk melaksanakan sholat.

“Tapi masjid ditinggalkan ketika orang-orang Arab meninggalkan pantai. Kemudian masjid itu dipenuhi oleh hewan liar dan semak-semak. Pohon Baobab besar secara bertahap menyelimuti masjid, membuat masjid tertutupi oleh pohon. Sehingga sangat sedikit orang yang tahu keberadaannya,” tulisnya.

Bahkan, sekitar 300 tahun lalu, cendekiawan Muslim asli Mwinyi Kombo diduga memiliki wahyu dalam tidurnya yang mengarahkannya ke masjid itu. Saat ini, beberapa penyesuaian telah dilakukan, termasuk pendirian tiga pilar utama untuk menopang masjid.

Selain itu, interiornya juga telah direnovasi menggunakan material bangunan modern seperti semen dan cat. Cat hijau dan putih memberi sentuhan modern ke bangunan yang tergolong kuno ini.

Penjaga masjid, Hamisi Suleiman mengatakan perpanjangan masjid ditambahkan ke sayap timur untuk mengakomodasi peningkatan jumlah jemaah. Jumlah jemaahnya bisa hingga 300 orang untuk sholat Jumat dan perayaan keagaaman Muslim.

“Kami memperluas pintu masuk yang menghadap ke laut untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang mendatangi masjid pada hari Jumat dan pada perayaan Muslim,” ujarnya.

Di salah satu bagian majid, ada sebuah batu bulat dan besar yang jaraknya beberapa meter dari laut. Batu tersebut hanya dapat dilihat saat air laut surut.

“Penduduk setempat percaya bahwa batu itu adalah batu suci, dan kadang-kadang digunakannya untuk ritual keagamaan. Cerita rakyat mengatakan batu itu dulunya berputar di lautan, tetapi tiba-tiba berhenti,” terangnya. (Bal)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here