Zaid bin Tsabit Sang Pencatat Wahyu dan Penerjemah Rasulullah

1810

Sebenarnya cukup banyak sahabat yang diserahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghafal dan menuliskan wahyu yang turun secara bertahap, terkadang juga berkaitan dengan suatu peristiwa atau sebagai jawaban dan solusi atas suatu masalah. Tetapi hanya beberapa orang saja yang lebih menguasai bidang ini. Mereka yaitu Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit sendiri. Tiga yang pertama adalah dari sahabat Muhajirin dan dua yang terakhir dari sahabat Anshar.

Ketika pecah pertempuran Yamamah pada masa Khalifah Abu Bakar, banyak sekali sahabat yang ahli baca (Qary) dan ahli hafal (Huffadz) yang gugur menemui syahidnya. Umar bin Khattab khawatir semakin sedikit orang yang menguasai Al-Quran. Sebab, di masa selanjutnya kaum muslimin akan menghadapi banyak pertempuran. Bukan mustahil semakin banyak hafidz yang gugur dalam perang-perang tersebut.

Karena itu Umar bin Khattab menemui Abu Bakar dan menawarkan gagasan baru yang belum pernah ada sebelumnya, membukukan Al-Quran dalam satu mushaf. Tetapi Abu Bakar menolak tegas. Takut melakukan bid’ah.

“Mengapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

“Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik!” Kata Umar yang lalu menjelaskan duduk perkara serta kekhawatiran yang sedang menjejali dadanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here