Vatikan: Palestina Berhak Hidup Merdeka

595

Vatikan City, Muslim Obsession – Upaya Israel untuk mencaplok Tepi Barat, Palestina bukan hanya ditentang oleh negara-negara Islam. Pihak Vatikan pun menolak langkah Israel sebagai bentuk kekejaman terhadap rakyat Palestina.

Takhta Suci Vatikan telah memanggil Duta Besar (dubes) Amerika Serikat untuk Vatikan dan juga Dubes Israel. Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Parolin memanggil kedua dubes itu untuk menyatakan keprihatinan atas tindakan Israel.

Dia menegaskan kembali posisinya bahwa Israel dan Palestina memiliki hak untuk hidup, dan untuk hidup damai dalam batas-batas yang diakui secara internasional. Bukan dengan melakukan penjajahan.

Kantor Pers Takhta Suci merilis pernyataan Kamis (2/7/2020) tentang pertemuan yang berlangsung pada Selasa 1 Juli.

“Dalam pertemuan itu, Kardinal Paroloin menyatakan keprihatinan Takhta Suci mengenai kemungkinan tindakan sepihak yang selanjutnya dapat membahayakan pencarian perdamaian antara Israel dan Palestina, serta situasi sulit di Timur Tengah,” demikian pernyataan tertulis Takhta Suci.

“Sebagaimana telah dideklarasikan pada 20 November 2019 dan pada 20 Mei 2020, Takhta Suci menegaskan kembali bahwa Negara Israel dan Negara Palestina memiliki hak untuk hidup dan hidup dalam perdamaian dan keamanan, dalam batas-batas yang diakui secara internasional,” imbuh pernyataan tersebut.

“Dengan demikian Kardinal Parolin meminta para pihak untuk melakukan segala kemungkinan untuk membuka kembali proses negosiasi langsung, berdasarkan Resolusi PBB yang relevan, dan dibantu oleh langkah-langkah yang dapat membangun kembali kepercayaan timbal balik,” pihak Vatikan menambahkan.

Mengutip ucapan Paus Fransiskus pada 8 Juni 2014, para petinggi Palestina dan Israel harus memiliki “keberanian untuk katakan ya untuk bertemu dan tidak untuk konflik: ya untuk dialog dan tidak untuk kekerasan; ya untuk negosiasi dan tidak untuk permusuhan; ya untuk menghormati perjanjian dan tidak untuk tindakan provokasi; ya untuk ketulusan dan tidak untuk bermuka dua”.

Warga Israel sedang menunggu kabar dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai rencananya untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat. Ini adalah sebuah langkah yang berisiko meningkatkan ketegangan regional.

Koalisi pemerintahan Netanyahu telah menetapkan 1 Juli sebagai tanggal dari mana ia dapat mulai menerapkan proposal perdamaian Timur Tengah dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Proposal itu membuka jalan bagi aneksasi permukiman Yahudi Tepi Barat.

Tetapi beberapa jam sebelum tanggal dimulainya rencana itu, tanda-tanda menunjuk pada pengumuman kebijakan utama tidak segera terjadi. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here