Utrecht Affair, Amir Hamzah, dan Amanat Pak Natsir

967
Mohammad Natsir (Foto: Istimewa)

Oleh: Lukman Hakiem (Peminat Sejarah)

BELUM LAMA berselang jagad pendidikan dihebohkan oleh usul seseorang yang mengaku praktisi pendidikan, Setyono Djuandi Darmono atau S.D. Darmono. Menurutnya, pendidikan agama tidak perlu diajarkan di sekolah. Agama cukup diajarkan orang tua masing-masing atau lewat guru agama di luar sekolah.

“Mengapa agama sering menjadi alat politik? Karena agama dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Di sekolah, siswa dibedakan ketika menerima mata pelajaran agama. Akhirnya mereka merasa kalau mereka itu berbeda,” kata Darmono usai bedah bukunya yang ke-6 berjudul Bringing Civilizations Together di Jakarta, Kamis (4/7/2019).

Chairman Jababeka itu menganggap pendidikan agama di sekolah memicu lahirnya radikalisme dan menyarankan Presiden Joko Widodo untuk meniadakan pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama harus jadi tanggung jawab orang tua serta guru agama masing-masing (bukan guru di sekolah). Pendidikannya cukup diberikan di luar sekolah, misalnya masjid, gereja, pura, vihara, dan lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here