Ustadz Adi Hidayat Sebut Hadits Tidur Saat Puasa Bernilai Ibadah Palsu

616
Ustadz Adi Hidayat.

Jakarta, Muslim Obsession – Masyarakat banyak yang meyakini bahwa tidurnya orang puasa itu ibadah. Informasi ini sudah turun menurun dari sejak dulu kala. Ada yang menyebut maka ibadah itu datang dari hadits Nabi Muhammad Saw.

Namun menurut Ustadz Adi Hidayat, hadits yang menyebut tidur saat puasa merupakan ibadah adalah hadits palsu. Hal tersebut diungkapkan UstadzAdi Hidayat dalam video ceramahnya yang diunggah di akun Youtube Shirathal Mustaqim, belum lama ini.

Tampak dalam video itu Ustadz Adi Hidayat awalnya membacakan pertanyaan dari seorang jamaah yang menanyakan soal hadits tersebut.

“Hadits yang menyebutkan tidurnya orang puasa adalah ibadah termasuk hadis sahih?,” tanya seorang jamaah ke Ustadz Adi Hidayat.

Ustadz Adi Hidayat dengan tegas menyatakan hadits tersebut tidak sahih dan palsu. Bahkan, menurutnya hadits itu sangat palsu.

“Banyak orang malas pakai alasan hadits yang dimaksud. Kami sampaikan dan kami tegaskan bahwa hadits yang dimaksud itu palsu. Bukan hadits sahih, tapi hadits palsu. Bahkan, bukan cuma palsu, tapi palsu banget,” tegas Ustadz Adi Hidayat.

Ustadz Adi Hidayat memaparkan secara detail terkait hadits tersebut. Menurut Ustadz Adi Hidayat, hadits itu bermasalah mulai riwayat perawinya hingga maknanya yang bertentangan dengan semangat Ramadhan.

“Yang pertama, riwayatnya bermasalah dan yang kedua, mohon maaf, itu bertentangan dengan spirit Ramadhan. Nabi meminta kita untuk meningkatkan ibadah, lalu Anda mengambil alasan untuk keluar dari semangat itu,” tuturnya.

Ustadz Adi Hidayat dalam video itu juga menyinggung soal tulisan Syekh Mustafa Abdul Aziz Ath Tholabulusi soal kewajiban berpuasa bagi umat muslim.

“Coba Anda bayangkan, Syekh Mustafa Abdul Aziz Ath Tholabulusi menulis kitab Ash Shiyam, di halaman ke-13 di paragaraf yang ke-3 di baris ke-2 sampai dengan ke-3. Beliau sampaikan bahwa ayat pertama puasa itu ketika mewajibkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Itu turun di hari Senin, tanggal ke-2 Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah,” jelasnya.

Ustadz Adi Hidayat pun mengatakan, perintah wajib puasa turun untuk umat Nabi Muhammad pada waktu Perang Badar sedang berlangsung.

“Saat turun perintahnya, itu Masya Allah, mereka berjuang di bulan Ramadhan dengan panas terik, masih ada juga yang berperang di Perang Badar,” ungkapnya.

Selanjutnya, Ustadz Adi Hidayat kembali menegaskan bahwa hadits yang menyebut tidurnya orang puasa adalah ibadah hanya merupakan alasan bagi segelintir orang untuk menghindari ibadah di bulan Ramadhan.

“Maka tiba-tiba muncul orang-orang belakangan, sahabat (Nabi) bukan, tabiin bukan, tidak dekat dengan Allah, pahala belum banyak, belum ada jaminan surga, lantas anda ingin menghindari, Nabi mengatakan tingkatkan ibadah, anda (malah) menghindari ibadah dengan alasan tidur. Maka bagaimana anda katakan itu hadits? Mustahil!,” ujarnya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here