Uskup Prancis Kutuk Penerbitan Karikatur Nabi Muhammad

1160

Prancis, Muslim Obsession – Uskup Agung Prancis Toulouse Robert Le Gall menentang penerbitan karikatur yang menghina Nabi Muhammad.

Menurutnya, ada batasan untuk kebebasan berbicara.

“Hal ini dianggap penghinaan bagi Muslim dan Kristen dan tidak boleh disebarkan lebih jauh. Kami semua melihat hasilnya,” katanya dalam komentar di stasiun radio France Bleu, menurut laporan Arabi21.

“Ada batasan kebebasan berekspresi dan kita harus menyadari bahwa kita tidak berhak menghina agama,” tambahnya, dilansir Al arabiya, Ahad (1/10/2020).

Kemarahan meletus di dunia Islam atas pembelaan Presiden Prancis Emmanuel Macron awal bulan ini atas hak untuk menerbitkan kartun Nabi Muhammad, memicu kecaman dari beberapa negara Muslim.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuduh presiden Prancis menyerang agama Muslim dan mendesak negara-negara Muslim untuk bekerja sama melawan apa yang disebutnya sebagai tumbuhnya Islamofobia di Eropa.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah vokal menentang Prancis karena Islamofobianya, berjanji untuk mengambil tindakan hukum dan diplomatik atas kartun Charlie Hebdo lainnya yang menggambarkan Erdogan melihat rok seorang wanita sambil minum bir di celana dalamnya.

Penyiar NTV Turki mengatakan Ankara telah memanggil seorang diplomat senior dari kedutaan Prancis.

Sementara pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut pembelaan Macron terhadap kartun yang menggambarkan Nabi sebagai tindakan bodoh dan penghinaan bagi mereka yang memilihnya.

Pada hari Jumat, kepala gerakan Syiah Lebanon Hizbullah mendesak Prancis untuk mundur.

“Jangan biarkan ejekan, agresi ini … berlanjut, dan seluruh dunia akan berdiri bersamamu,” kata pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

“Otoritas Prancis bukannya memperbaiki masalah … menjadi keras kepala tentang kebebasan berekspresi ini,” dengan mengatakan “kami ingin melanjutkan dengan kartun satir ‘,” tambah Nasrallah.

“Anda perlu berpikir untuk memperbaiki kesalahan ini,” ujar dia.

Sementara itu, protes meletus di Timur Tengah dan Asia Selatan sementara seruan untuk memboikot produk Prancis semakin populer.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here