Usamah Hisyam: Kader Parmusi Jangan Takut Berjihad

898

Banda Aceh, Muslim Obsession – Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) H. Usamah Hisyam menyerukan kadernya untuk tidak takut berjihad. Sebab jihad adalah perintah Allah yang tertuang dalam Al-Quran untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam pengertian yang lebih luas.

“Kader Parmusi tidak boleh takut berjihad. Teruslah berdakwah karena dakwah adalah bagian dari jihad untuk menggapai masyarakat yang diridhoi Allah,” ujar Usamah dalam acara Musyawarah Wilayah Parmusi Aceh yang dihadiri, para tokoh, dai, dan pimpinan daerah Parmusi se Provinsi Aceh, Sabtu (14/12/2019).

Usamah lantas mengutip ayat ayat Al-Quran yang berbunyi ‘Wa jaahiduu fillahi haqqo jihaadih’ (Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya jihad.

Ayat tersebut menjadi salah satu ayat berupa perintah Allah untuk berjihad di jalan Allah. Karenannya, Usamah menyayangkan wacana pemerintah menghapus jihad dalam materi pendidikan agama.

“Bagaimana mungkin jihad akan dihapuskan, padahal jihad sendiri adalah ruh perjuangan Islam. Penghapusan materi jihad sama saja mengkebiri ruang dakwah Islam,” jelasnya.

Usamah menjelaskan, Parmusi memiliki 5.000 dai di seluruh Indonesia yang setiap hari mereka berdakwah menegakkan kalimat tauhid. Mereka berjihad untuk mengajarkan kebaikan dan amal sholeh sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera lahir dan batin untuk mencapai ridho Allah.

Karena itu, dalam peresmian Desa Madani di Pondok Pesantren Ar-Rabwah di Desa Krueng lamkareung, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Usamah menyampaikan kepada Kapolsek yang hadir, agar memahami konsep jihad dalam Islam secara kaffah dan disampaikan lagi kepada atasannya.

Jangan sampai orang yang berdakwah dan berjihad itu dianggap sebagai radikal. Menurut Usamah, pemahaman itu salah kaprah dan harus diluruskan. Ia menegaskan dalam Islam tidak ada konsep radikalisme. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.

Sementara itu, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Parmusi Pusat, Ustadz Dr. Bukhori Abdul Shomad menyampaikan, bahwa jihad dalam Islam tidak identik dengan perang. Tapi jihad adalah usaha maksimal untuk menggapai satu tujuan yang bernilai maslahah bagi umat dalam kooridor Al-Quran dan Sunah.

“Jihad tidak identik dengan perang, tapi bisa juga dengan ilmu, memberikan wawasan pencerahan kepada umat untuk kemaslahtan yang lebih luas. Jihad bisa juga dengan harta membantu fakir miskin, orang lemah, membantu lembaga pendidikan, jembatan tempat ibadah, dan fasilitas lain yang bermanfaat untuk umat. Bekerja memberikan nafkah untuk anak istri dalam Islam juga disebut jihad,” jelasnya.

Jihad perang kata Pria yang akrab disapa UBAS ini baru bisa dilalukan jika umat Islam diperangi yang bisa mengancam nyawa mereka, akidah atau mengancam keutuhan bangsanya.

Di negara yang damai seperti Indonesia ini, maka jihad berperang tidak berlaku. Demikian juga aksi bom bunuh diri, juga tidak bisa disebut jihad, karena yang demikian itu bisa melukai orang yang tidak bersalah.

“Dalam kondisi negara yang damai seperti Indonesia yang berlaku adalah jihad ilmu, jihad harta, dan jihad tenaga yang bisa diaplikasikan sesuai dengan konteksnya masing-masing. Jadi Bukan jihad perang,” jelasnya.

Lebih lanjut UBAS mengatakan, dalam jihad perang, Islam pun mengajarkan toleransi yang tinggi, yakni dilarang membunuh balita, perempuan, orang jompo, merusak lingkungan, dan tempat ibadah. Nilai-nilai toleransi dan hak asasi manusia itu sudah ditegaskan oleh Rasulullah dalam Piagam Madinah 1441 tahun yang silam.

“Berarti Islam lah yang pertama kali meletakan nilai-nilai toleransi dan hak asasi manusia secara yuridis formal sebelum Amerika, Inggris, Prancis, PBB dan negara-negara modern sekarang. Bisa jadi mereka justru mengadopsi nilai-nilai toleransi Islam dan HAM dari Piagam Madinah,” tandas UBAS yang sering dijuluki kiai fenomenal, karena ia tidak saja pimpinan pondok, tapi juga dosen dan aktivis. (Albar).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here