Usai Tuduh HTI, Denny Siregar Bandingkan Nussa Rara dengan Si Unyil dan Upin Ipin

1133

Muslim Obsession – Film serial animasi Nussa dan Rara dikritik oleh Denny Siregar. Ia mengklaim bahwa film tersebut merupakan propaganda dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

“Mas @anggasasongko apa gak paham ya, kalau pilem Nusa ini yg bidani Felix Siaw ? Liat aja bajunya si Nusa, emang anak muslim Indonesia bajunya model gurun pasir gitu ? Setau saya, dr dulu kita sarungan deh. Hati2 mas, jangan jd jembatan propaganda mrk,” cuit Denny melalui Twitter, dikutip Rabu (13/1/2021).

Tidak hanya itu, Denny juga membandingkan serial Nussa dan Rara dengan film Si Unyil.

“Pesan film si Unyil dulu sangat jelas. Keberagaman, masa kanak2, sangat Indonesia. Ada bu Bariah dr Madura, ada Meilin yg ras Tionghoa. Ga ada identitas agama, kecuali pas hr besar. Film animasi anak skrg, lakinya pake gamis. cewenya blm baligh pake jilbab. Politik identitas,” tulisnya.

Tak berhenti sampai di situ, Denny malah menyampaikan saran agar produser film Nussa dan Rara, Angga Dwimas Sasongko meniru film Upin dan Ipin.

“Mas @anggasasongko kenapa ga tiru Upin Ipin ? Mrk tdk bicara agama, mrk tdk berpakaian agama kecuali pas hari besar saja. Tokoh2nya beragam dr ras melayu, china smp india. Ada usaha keras utk menyatukan ras2 di Malaysia.. Bukannya malah besarkan film eksklusif binaan HTI..,” pungkasnya.

Menanggapi tudingan itu, Angga Dwimas Sasongko pun angkat bicara melalui balasan Tweet Denny Siregar dengan mengatakan bahwa animasi besutannya itu tidak ada sangkut paut dengan pemuka agama mana pun.

“Mas Denny, pada proses kreatif dan produksi tidak ada keterlibatan pemuka agama. Cerita dan skenario film digarap Skriptura, divisi IP Development Visinema Group. Produksi animasinya oleh The Little Giantz dan distribusi serta promosinya oleh Visinema Pictures,” tulisnya.

1 KOMENTAR

  1. Assalamualaikum ,
    utk proses kreatif kita diberi kebebasan berekspresi, siapa pun warga negara berhak menuangkan ide kreatifnya baik dlm bentuk musik, film, atau animasi.
    Biarlah publik yg menilai kualitas suat produk. Jika publik suka maka secara alamiah akan meningkat ratingnya. Sebaliknya jika publik tdk suka seleksi alam yg akan menenggelamkannya.
    Jgn kendor utk tetap berkreasi. Salam literasi

Tinggalkan Balasan ke Rosid Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here