Ukhuwah Islamiyah

430

3. Surat Al-Anfal 63

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”

Untuk mempersatukan manusia itu ada dua: dengan uang atau dengan pemikiran (hati). Kebanyakan manusia mempersatukan manusia lain dengan uang. Maka jangan heran, partai-partai sekuler selalu ingin menumpuk-numpuk pundi kekayaannya. Karena dengan kekayaan itu mereka bisa mengendalikan orang-orang. Dari sinilah timbulnya korupsi, sikap jiwa tamak harta dan lain-lain.

Bagi kelompok sekuler ini, harta adalah segalanya. Dengan harta itu ia bisa mengendalikan orang, bahkan dengan harta itu ia bisa membunuh orang.

Islam beda. Kaum Muslim ‘dilarang’ berkumpul untuk sekedar mencari harta. Perkumpulan kaum Muslim –misalnya dalam partai Islam- tujuan tertingginya adalah untuk merealisasikan hukum-hukum Allah di muka bumi, termasuk tanah airnya. Bila partai Islam, kehilangan tujuan ini, maka awak-awak partainya akan bersikap sama seperti partai sekuler, yaitu berebut harta, berebut uang.

Bila kawannya mendapat uang yang gede, ia iri, ia ingin mendapat uang gede juga. Gak peduli itu dari korupsi atau dari ‘merampok harta negara dengan cara yang konstitusional’. Anggota DPR kita tingkah lakunya seperti itu. Mereka tidak peduli jutaan rakyat Indonesia masih miskin, yang penting bagi mereka gaji gede, sekitar 100 juta sebulan. Inilah yang menyebabkan kerusakan di negeri ini. Menempatkan uang lebih tinggi dari risalah para Nabi. Mereka sebenarnya bukan wakil rakyat, tapi wakil partai atau wakil dirinya sendiri.

Seorang wakil rakyat sejati harusnya mendulukan kepentingan rakyat daripada pribadi, keluarga atau partainya.

Penyakit cinta dunia (harta) inilah yang merupakan sumber kerusakan dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah:

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

1
2
3
4
5
6
7
BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here