Tragis, Warga Hebron Berkisah tentang Invasi Israel di Palestina

1638

Tak hanya itu, blokade ekonomi, pendidikan, kesehatan terjadi di Palestina. Banyak penangkapan warga Palestina tak beralasan hingga penembakan anak-anak oleh peluru yang dapat merusak tubuh.

“Saya punya tetangga yang memiliki anak usia 17 tahun. Dia ditembak oleh tentara Israel di check point saat hendak ke Al-Aqsha. Dia tidak melakukan apa-apa, namun ditembak,” cerita Dhia.

Tentara Israel meneror dan mengusir penduduk di Palestina. Terdapat 450 desa saat itu di sana. Israel mengambil alih 77% tanah di negeri tiga agama samawi itu.

Dr. Dhia Al-Junaidi, orang Palestina asal Hebron, saat menjadi narasumber di acara Al-Aqsha Awareness Week (AAW) yang dihelat di Universitas Padjadjaran, Selasa (8/10/2019). (Foto: Istimewa)

Deklarasi Pendirian Israel

Pada 1948 orang Yahudi mengklaim tanah Palestina sebagai negara Israel. Sebelumnya tidak ada negara tersebut. Setelah lampu hijau dari Balfour, Yahudi dari Eropa dan penjuru dunia mulai datang ke Palestina.

“Bagaimana perasaan kamu bila ada pendatang masuk ke universitas, kemudian mereka mengusir, membunuh kamu di tanah kamu sendiri?” tanya Dhia kepada pengunjung yang hadir di AAW.

Dhia menyebutkan, dunia membiarkan Israel mengambil sacara paksa tanah Palestina. Maka suatu ketika Israel atau kelompok yang kuat secara militer, ekonomi, dan politik, bisa saja mengambil tanah yang lain.

“Tidak hanya orang Muslim yang mendukung Palestina. Banyak orang dari Eropa, Korea, Brasil, Meksiko, Australia, dan Kanada datang ke Palestina,” lanjut Dhia.

Menurutnya, Palestina adalah isu global. Karena ia merupakan negara satu-satunya yang dijajah secara militer. Persoalan kemanusiaan juga memicu banyak orang di dunia melakukan aksi dan gerakan seperti Boycott, Divestment, Sanction (BDS) terhadap produk Israel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here