Tiga Tingkatan Puasa Menurut Imam Ghazali

3595

Jakarta, Muslim Obsession – Umat Islam sedunia kini tengah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sebagian dari kita memahami bulan puasa adalah menahan untuk tidak makan minum sampai batas waktu yang telah ditentukan syariat. Namun menurut Imam Al-Ghazali memahami puasa tidak hanya sebatas itu.

Ulama yang diberi gelar hujjatul Islam itu telah membagi puasa dalam tiga tingkatan atau tiga jenis. Penjelasan tiga jenis puasa itu sudah ia tulis dalam buku karya terbaiknya Ihya Ulumuddin, yang berbunyi:

إعلم أن الصوم ثلاث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص: وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله، وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام، وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم الآخر

“Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus ialah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari dosa. Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintar dalam hati pikiran selain Allah SWT dan hari akhir.”

Tiga tingkatan ini disusun berdasarkan sifat orang yang mengerjakan puasa. Ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya. Inilah puasa orang awam. Pada umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dzahir.

Jika orang sudah menyadari bahwa puasa tidak hanya sebatas menahan makan dan minum yang sifatnya lahiriah, maka kata Ghazali dia akan naik ke tingkat kedua, yaitu puasanya orang-orang shaleh. Mereka lebih maju dibandingkan orang awam.

Sebab, mereka paham bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari melakukan dosa. Percuma berpuasa, bila masih terus melakukan maksiat. Karenanya, kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa.

Jauh di atas itu adalah puasanya orang yang paling khusus. Puasa model ini hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu. Hanya sedikit orang yang sampai pada tahap ini. Mereka adalah para wali Allah, kekasihnya Allah.

Pasalnya, selain menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka juga memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah SWT. Bahkan, pikiran selain Allah SWT dan pikiran terhadap dunia dianggap merusak dan membatalkan puasa. Kunci dari puasa ini adalah hati bersih, tidak dikuasai nafsu. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here