Tayangan Kekerasan ‘Racun’ Bagi Anak-Anak Kita

881
Fahira Idris
Fahira Idris

Jakarta, Muslim Obsession – Kasus pembunuhan terhadap anak berusia lima tahun yang dilakukan gadis remaja berusia 15 tahun di Jakarta Pusat menjadi duka mendalam dan keprihatinan semua orang. Terlebih pelaku diduga membunuh korban karena terinspirasi film yang menampilkan adegan pembunuhan.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, sejak dulu tayangan kekerasan memang sudah menjadi tantangan bahkan ancaman bagi tumbuh kembang anak, terlebih saat ini di mana semua serba terkoneksi.

Berbagai penelitian sudah membuktikan konten kekerasan dapat menyebabkan perilaku agresif pada anak-anak, dan perilaku ini bisa sangat berbahaya jika konten kekerasan tersebut melibatkan senjata atau adegan pembunuhan.

“Kejadian ini tentu menjadi duka mendalam dan keprihatinan bagi kita semua. Memang, sebagai orang tua tantangan kita di dunia yang serba terkoneksi saat ini cukup berat. Kita harus memastikan anak kita tidak terpapar konten kekerasan baik dari televisi, internet, film atau games. Tayangan kekerasan itu ‘racun’ bagi anak-anak kita. Oleh karena itu tidak boleh ada kompromi, kita harus luangkan waktu mengontrol tontonan anak-anak kita,” ujar Fahira dalam keterangan tertulis, Senin (9/3/2020).

Menurut Fahira yang juga aktivis perlindungan anak ini, anak-anak yang sudah terpapar dengan tayangan kekerasan sangat berpotensi menggerus atau menurunkan sensitivitas anak tersebut terhadap kekerasan di kehidupan sehari-hari, sehingga berpikir kekerasan itu adalah hal yang biasa.

Bahkan selanjutnya yang sangat berbahaya adalah jika anak-anak kemudian meniru dan mempraktikkan adegan kekerasan yang dilihatnya. Potensi ini besar terjadi, karena anak-anak umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat dan tidak tertutup kemungkinan perilaku dan sikap mereka akan meniru kekerasan yang mereka tonton.

Selain itu yang menjadi persoalan besar adalah masih banyak orangtua belum sepenuhnya menyadari di dunia yang serba terkoneksi saat ini anak-anak sangat mudah terpapar tayangan kekerasan baik dari televisi, internet, film atau games, sehingga lalai mengawasi apa yang ditonton anak setiap hari.

Anak yang menjadi pelaku kekerasan akibat terpapar konten kekerasan juga merupakan korban dari lemahnya sistem pengawasan atas tayangan atau konten kekerasan di berbagai platform media dan kurangnya pengawasan orang tua terhadap tontonan anak-anaknya.

“Tidak boleh kompromi, jangan sampai anak-anak kita terpapar sedikitpun konten kekerasan, karena dampaknya sangat berbahaya bagi tumbuh kembangnya. Di dunia yang serba terkoneksi saat ini sebagai orang tua sedikitpun kita tidak boleh lalai mengawasi tontonan anak-anak kita,” tegas Fahira.

Korban Ditenggelamkan di Bak Mandi

Seperti diketahui remaja berinisial NF (15) menyerahkan diri kepada polisi dan mengaku telah membunuh seorang anak berusia lima tahun yang merupakan tetangganya. Kejadian diperkirakan berlangsung pada Kamis (5/3/2020) sore.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Heru Novianto menjelaskan kejadian bermula saat NF mengajak korban bermain pada Kamis sore. NF kemudian meminta korban mengambil mainan yang sengaja ditaruhnya di kamar mandi.

Setelah korban di kamar mandi, pelaku melakukan aksinya. Korban ditenggelamkan di bak mandi berkali-kali hingga lemas.

Tak sampai di situ, NF juga melukai leher korban hingga mengeluarkan banyak darah. Setelah korban tak sadarkan diri, pelaku mengangkat dan menidurkannya.

“Awalnya mayat korban akan dibuang. Berhubung hari sudah sore, mayat kemudian disembunyikan di lemari,” kata Heru ditemui di lokasi, Jumat (6/3/2020).

Keesokan harinya pelaku berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun di tengah jalan pelaku kembali ke rumah kemudian menyerahkan diri ke polisi.

Polsek Sawah Besar yang menerima laporan kemudian bergegas ke rumah pelaku dan menemukan mayat di lemari pakaiannya. Saat diperiksa pelaku mengaku membunuh karena terinspirasi film berbau pembunuhan yang pernah dilihat.

“Dia membunuh karena terinspirasi film berbau pembunuhan yang pernah ditontonnya,” ucap Heru.

Saat diperiksa polisi, NF tak sedikit pun menyatakan penyesalan. Bahkan dia merasa puas setelah melakukan pembunuhan. Polisi masih mendalami kasus pembunuhan dengan pelaku anak di bawah umur ini dan akan melakukan pemeriksaan kejiwaan pelaku. (arh)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here