Tanya-Jawab: Hukum Laki-Laki Shalat Berjamaah di Rumah

2373
Ilustrasi: Shalat berjamaah di rumah bersama keluarga. (Foto: Kemenag Jateng)

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum, wr, wb. Ustadz, saya punya keluarga dengan putra-putri yang masih kecil. Bolehkah saya lebih banyak shalat berjamaah Bersama keluarga di rumah dengan maksud memberikan Pendidikan bagi putra-putri saya?

Jawab:

Wa’alaikumussalam, wr, wb. Banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat berjamaah di masjid terutama bagi kaum laki-laki. Selain mendapat pahala berlipatganda, shalat berjamaah di masjid akan menghapus dosa dan meninggikan derajat.

Akan tetapi kita mesti mengetahui tentang shalat berjamaah itu menurut para ulama:

  1. Imam Abul Hasan Al-Mawardi rahimahullah mengatakan:

فأما الجماعة لسائر الصلوات المفروضات فلا يختلف مذهب الشافعي وسائر أصحابه أنها ليست فرضا على الأعيان، واختلف أصحابنا هل هي فرض على الكفاية أم سنة؟ فذهب أبو العباس بن سريج، وجماعة من أصحابنا إلى أنها فرض على الكفاية، وذهب أبو علي بن أبي هريرة، وسائر أصحابنا إلى أنها سنة

“Ada pun shalat berjamaah di semua shalat wajib, tidak ada perbedaan pendapat Madzhab Syafi’i dan semua sahabatnya (Syafi’iyah) bahwa itu bukan Fardhu ‘Ain. Para sahabat kami (Syafi’iyah) berbeda pendapat apakah itu fardhu kifayah atau sunnah? Abul ‘Abbas bin Suraij dan segolongan sahabat-sahabat kami mengatakan fardhu kifayah. Sedangkan Abu Ali bin Abi Hurairah dan semua sahabat kami mengatakan itu sunnah,” (Al-Hawi Al-Kabir, 2/297).

  1. Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan:

فالجماعة مأمور بها للأحاديث الصحيحة المشهورة وإجماع المسلمين وفيها ثلاثة أوجه لأصحابنا (أحدها) أنها فرض كفاية (والثاني) سنة وذكر المصنف دليلهما (والثالث) فرض عين لكل ليست بشرط لصحة الصلاة وهذا الثالث قول اثنين من كبار أصحابنا المتمكنين في الفقه والحديث وهما أبو بكر ابن خزيمة وابن المنذر قال الرافعي وقيل إنه قول للشافعي والصحيح أنها فرض كفاية وهو الذي نص عليه الشافعي في كتاب الإمامة كما ذكره المصنف وهو قولي شيخي المذهب ابن سريج وأبي اسحق وجمهور أصحابنا المتقدمين وصححه أكثر المصنفين وهو الذي تقتضيه الأحاديث الصحيحة وصححت طائفة كونها سنة منهم الشيخ أبو حامد

“Shalat berjamaah adalah hal yang diperintahkan, berdasarkan hadis-hadis sahih yang terkenal dan ijma’ kaum muslimin. Dalam masalah ini, ada 3 pendapat sahabat-sahabat kami (Syafi’iyah):

  1. Fardhu Kifayah
  2. Sunnah, seperti yang disebutkan Al Mushannif (Imam Abu Ishaq Asy-Syirazi)
  3. Fardhu ‘Ain, tetapi bukan syarat sahnya shalat.

Pendapat ketiga (fardhu ‘ain) adalah pendapat dua imam besar madzhab kami yang begitu mumpuni fiqih dan haditsnya, yaitu Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dan Imam Ibnul Mundzir.

Imam Ar-Rafi’i mengatakan: “Disebutkan bahwa itu (fardhu ‘ain) adalah perkataan Imam Syafi’i.” Namun yang benar adalah Fardhu Kifayah. Itulah yang dikatakan Imam Syafi’i dalam kitab Al-Imaamah, seperti yang disebutkan Al-Mushannif.

Ini (fardhu kifayah) juga pendapat dua ulama Madzhab Syafi’i yaitu Ibnu Suraij dan Abu Ishaq. Mayoritas Syafi’iyah terdahulu (mutaqadimin), dan dishahihahkan oleh mayoritas penyusun kitab, dan itulah yang ditetapkan oleh hadits-hadits sahih. Segolongan ulama (Syafi’iyah) menshahihkan bahwa itu Sunnah, di antaranya Abu Hamid (Al Ghazaliy),” (Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 5/212).

Tempat Pelaksanaan Shalat Berjamaah

1. Syeikh Wahbah Az-Zuhailiy rahimahullah, pakarnya fiqih Madzhab Syafi’i mengatakan:

وهي في الصلاة المؤداة للرجال المقيمين لا المسافرين في الأصح، في الفرائض غير الجمعة وفي الحمعة فرض عين

“Berjamaah dalam shalat adalah Kifayah bagi laki-laki mukimin (tidak bepergian), bukan bagi yang sedang safar menurut pendapat yang lebih sahih, yaitu pada shalat-shalat wajib selain shalat Jumat. Adapun untuk shalat Jumat hukumnya adalah Fardhu ‘Ain,” (Syeikh Wahbah Az Zuhailiy, Al Fiqh Asy Syafi’iyyah Al Muyassar, 1/239).

Beliau juga berkata: “Berjamaah itu sudah cukup dengan shalatnya seorang laki-laki di rumahnya bersama istrinya, anak-anaknya, atau selain mereka. Tetapi laki-laki di masjid adalah lebih utama, dan jamaah yang lebih banyak jg lebih utama,” (Ibid, 1/239).

2. Dalam Kitab Al-Fiqh Al-Manhajiy ‘ala Madzhabi Imam Asy-Syafi’i, yang disusun Syikh Mushthafa Al-Bugha, Syeikh Mushthafa Al-Khin, dan Syeikh Ali Syarbajiy, dikatakan:

الصحيح أنها – فيما عدا صلاة الجمعة – فرض كفاية، لا تسقط فرضيتها عن أهل البلدة إلا حيث يظهر شعارها؛ فإن لم تؤد فيها مطلقا أو أديت في خفاء أثم أهل البلدة كلهم، ووجب على الإمام قتالهم

“Yang benar shalat jamaah adalah fardhu kifayah, kecuali shalat Jumat. Kewajiban shalat berjamaah tidak gugur bagi penduduk sebuah negeri kecuali jika telah nampak syiar shalat Jamaah. Jika di negeri tersebut tidak ada shalat jamaah atau ada tapi tersembunyi, maka berdosa semua penduduknya, dan penguasa wajib memerangi mereka,” (Al Fiqhu Al Manhajiy fi Madzhabi Al Imam Asy Syafi’iy, 1/177).

Kesimpulan:

Yang paling dikuatkan dalam Madzhab Syafi’i, shalat berjamaah adalah Fardhu Kifayah. Boleh dilakukan di rumah bersama keluarga, tapi di masjid lebih utama. Demikianlah kesimpulan-kesimpulan dari pendapat para ulama bermadzhab Imam Syafii.

Wallahu a’lam bish shawab.


Sobat Muslim dipersilakan mengirimkan pertanyaan seputar Ilmu Fiqih, insya Allah akan dijawab oleh Ustadz Drs. H. Tb. Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here