Tak Disangka, Wanita Australia Ini Jadi Mualaf Gara-Gara Game Online

829

Jakarta, Muslim Obsession – Hidayah Allah datang kepada siapa saja dan dengan cara apa saja. Jika waktunya tiba, maka tidak ada satu orang pun yang bisa menghalangi. Sudah tak terhitung berapa banyak jumlah orang yang mendapat hidayah dan masuk Islam. Ceritanya pun beragam.

Seperti halnya seorang perempuan di Australia bernama Zahra Fielding. Tidak ada yang menyangka dirinya mantap masuk Islam atau menjadi mualaf setelah menemukan hidayah Allah melalui sebuah permainan daring atau game online.

“Saya mengunduh game tersebut karena penasaran. Saya melihatnya di iklan Facebook, yang menurut saya kurang pada tempatnya,” kata Zahra, seperti dikutip dari ABC News, Kamis (28/5/2020).

Permainan yang diunduh Zahra adalah ‘Game of Sultans’ yang merupakan simulasi ‘role-playing’ atau memainkan peran dalam sebuah kekaisaran.

Setelah mulai memainkan, menurut dia, ternyata permainan tersebut tidak menarik seperti yang dijual di iklan, namun berdampak pada kehidupannya.

“Game ini hadir di momen terpenting kehidupan saya. Sebelumnya saya merasa kesepian dan tak punya arah. Saya tidak merasa bangga dengan karier maupun kehidupan pribadi, dan sudah lama melajang,” ungkapnya.

Dalam permainan yang melibatkan kerja sama dalam kelompok untuk mengalahkan musuh, Zahra bergabung dengan kelompok yang berisi lima pemain perempuan asal Australia dan Asia.

“Dalam game ini saya bertemu dengan sekelompok orang dari negara berbeda yang mungkin tidak akan pernah saya temui,” ceritanya.

Salah satu pemain adalah Kim Assikin, seorang perempuan dari Singapura yang beragama Islam.

“Ketika kami mulai bertukar pesan, saya langsung merasa nyambung berbicara dengannya. Tidak tahu mengapa dan bagaimana, tapi kami betul-betul saling sahut-sahutan,” terangnya.

Kim awalnya sempat merasa tidak percaya diri ketika harus memasang fotonya di kelompok chat bernama Discord, yang terkenal di kalangan gamers, karena dia adalah satu-satunya pemain yang mengenakan hijab.

“Saya agak khawatir tentang bagaimana teman-teman saya dalam kelompok akan melihat saya, ‘Apakah mereka akan menghakimi saya karena agama saya’?” katanya.

Namun, akhirnya Kim memutuskan jujur kepada anggota kelompoknya yang selalu sedia menolongnya bila ada masalah.

“Saya baru kehilangan ayah saya sebelum saya main game ini. Jadi berhubungan dengan mereka sedikit memberikan kedamaian, dan membantu mengalihkan perhatian saya,” ungkapnya.

“Jadi, saya tidak mau membohongi mereka. Saya yakin mereka dapat menerima saya apa adanya,” lanjut dia. (Albar)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here