Sukarno, Soeharto, dan Masa Jabatan Tanpa Batas

944
Potret peristiwa 15 Januari 1974 atau lebih dikenal sebagai Malari. (Foto: elshinta)

Soeharto dan Perlawanan Aktivis Kampus

SOEHARTO yang ditahbiskan sebagai pemimpin Orde Baru, datang dengan janji dan harapan. Dia bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Seperti Sukarno di awal kemerdekaan, Soeharto melenggang ke puncak kekuasaan tanpa hambatan.

MPR hasil pemilihan umum 1971, memilih dan menetapkan Jenderal Soeharto menjadi Presiden. Kali ini MPR juga memilih dan menetapkan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Wakil Presiden –jabatan yang kosong sejak ditinggalkan oleh Bung Hatta pada akhir 1956.

BACA JUGA: Fakta di Balik Penahanan Hatta-Sjahrir di Sukabumi dan Resolusi Tolak Negara Pasundan

Akan tetapi,masa bulan madu dengan pemimpin Orde Baru ternyata berlangsung singkat.

Menjelang pemilu 1971, muncul gerakan menolak pemilu yang dianggap tidak demokratis. Gerakan ini menyebut dirinya Golongan Putih (Golput).

Akhir 1973 para aktivis mahasiswa bergerak di seluruh negeri. Mereka memprotes kebijakan penanaman modal asing yang sangat pro asing, dalam hal ini terutama Jepang. Aksi mahasiswa yang disusupi orang-orang tidak bertanggung jawab, berakhir dengan terbakarnya Jakarta, dibrangusnya sejumlah koran, dan ditangkapnya banyak aktivis.

Pemerintah menuduh aksi mahasiswa Januari 1974 ditunggangi oleh Masyumi dan PSI –dua partai yang sudah bubar sejak 1960.

BACA JUGA: Prof. DR. H.M. Rasjidi (1915-2001)

Kapokkah mahasiswa? Ternyata tidak. Pada bulan Oktober 1977, para pimpinan Senat dan Dewan Mahasiswa berkumpul di Bandung. Mereka melahirkan Ikrar Mahasiswa menuntut MPR melaksanakan Sidang Istimewa untuk meminta pertanggungjawan Presiden Soeharto atas berbagai penyelewengan yang dia lakukan.

Puncak aksi mahasiswa terjadi pada awal Januari 1978 ketika Dewan Mahasiswa ITB di bawah pimpinan Heri Ahmadi mengumumkan sikap menolak pencalonan kembali Jenderal Soeharto sebagai Presiden untuk periode ketiga.

Rezim Orde Baru murka. Tentara dikerahkan untuk menduduki kampus, para pimpinan mahasiswa, sejumlah dosen, dan tokoh yang bersimpati kepada gerakan mahasiswa ditangkap.

Sejumlah koran dibreidel. Senat dan Dewan Mahasiswa dibubarkan. Kehidupan betul-betul mencekam. Semua aktivis, untuk sementara tiarap. Orde Baru menguasai keadaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here