Suerrr.. Akang Belum Ikhlas, Nyai! (Bagian 3)

1090

“Betapa indahnya negeri ini jika memiliki para pemimpin dan wakil rakyat yang hatinya berselimut tabir keikhlasan, ya, Abah. Sayangnya, para pemimpin kita dan wakil rakyat, sepertinya, memiliki political will yang jauh dari keikhlasan untuk menyejahterakan rakyatnya. Mereka malah sibuk mementingkan kebutuhan pribadi dan golongannya dengan menghalalkan segala cara dan tidak peduli pada kondisi riil rakyatnya,” sahut Nyi Larung.

“Tapi ingat, Nyai, bukan karena kisah dari Rasulullah Saw. tadi kita kemudian menyurutkan langkah untuk beramal kebaikan. Bisa jadi orang-orang yang mendengarkan kisah di atas berpendapat untuk lebih memilih tidak berbuat amal kebaikan dibandingkan berbuat namun tetap saja dijebloskan ke neraka. Bukan begitu. Teruskan saja kita beramal kebaikan, namun, yang perlu diingat dan diperhatikan adalah: kita harus menjaga niat!” seru Abah.

“Oh, begitu. Hampir saja saya berpendapat bahwa mungkin lebih baik saya tidak menyiapkan masakan untuk Kang Endut. Karena saya takut jika salah niat, apa yang saya kerjakan pun menjadi sia-sia,” celetuk Nyi Larung.

“Wah, jangan begitu dong, Nyai. Bagaimana dengan cacing-cacing yang ada di perut saya?” Mang Endut memprotes dengan kekanak-kanakannya.

“Betul, jangan begitu, Nyai. Sebagai manusia, kita adalah mahalul khatha’ wa an-nisyan, tempat salah dan lupa. Jadi, saat kita merasa ada sedikit saja niat kita yang melenceng dari koridor yang benar, maka perbaikilah. Ucapkan istighfar ketika kita tergeincir, agar Allah Swt. berkenan mengampuni kita dan meluruskan kembali niat kita. Setelah memohon ampun, tatalah kembali hati kita untuk berniat, apa pun yang kita kerjakan hanya berharap mendapat keridhaan Allah Swt..”

“Sekarang saya mengerti, Abah. Mulai sekarang saya akan tetap tersenyum meski masakan saya tetap saja tidak dimakan Kang Endut,” Nyi Larung mengangguk dengan nada bersemangat.

“Nah, begitu dong, Nyai. Sebagai istri, memberikan service terbaik untuk suami adalah kewajiban. Kalaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, ya, itu persoalan lain. Jika suami tidak mau memakannya, mungkin saja dia sudah kenyang atau memang kurang menghargai usaha istrinya. Hal itu jangan kamu pikirkan, Nyai. Biar saja itu urusan suamimu di hadapan Allah,” tandas Abah.

“Betul, Abah! Biar saja Kang Endut digerus ulekan malaikat Malik jika sekali lagi berani mengingkari janjinya!” tiba-tiba Nyi Larung berpaling ke arah Mang Endut sambil memelototkan matanya.

“Iih, ulah kitu, Nyai. Saya janji tidak mengulanginya. Sueerr,” Mang Endut yang bergidik melihat ulah istrinya langsung mengacungkan dua jarinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here