Suerrr.. Akang Belum Ikhlas, Nyai! (Bagian 3)

1090

“Betul, Endut! Perbuatan baik mereka tercoreng oleh niat yang tidak diridhai Allah, meski hanya secuil! Oleh karena itu, Endut dan Nyai, marilah luruskan niat kita. Jangan sampai ibadah kita sia-sia karena tidak pandai menata niat. Jangan sampai sedekah kita diniatkan untuk popularitas, memberi makan orang miskin diniatkan agar dibicarakan orang, membaca Al-Quran di masjid-masjid supaya kelihatan alim, salat berjamaah di masjid biar dikira kita banyak ibadah, memerangi kemaksiatan supaya mendapat apresiasi dari banyak kalangan sebagai pemberani, atau lain sebagainya.”

“Wah, kalau begitu, sulit juga kita melakukan amal kebaikan. Bukankah terkadang kita sulit untuk melakukan sesuatu kalau tidak ada pamrih, Abah?” lagi-lagi Mang Endut bertanya.

“Itulah gunanya latihan beramal. Biasakan kita berniat dengan tulus hanya karena mengharapkan ridha Allah Swt. saja.”

“Kasihan juga, ya, para politisi kita yang menebarkan uangnya atas nama kadeudeuh. Karena di saat membagikan sembako, uang, sarung, dan Al-Quran, mereka juga membagikan kartu nama agar warga mengingat dirinya dan pada akhirnya memilih dia saat pilkada,” kata Nyi Larung.

“Memang, sejatinya para pemimpin dan calon pemimpin di negeri kita ini memberikan contoh terbaik kepada rakyatnya. Para pemimpin yang memiliki keikhlasan tentu akan selalu bekerja sesuai amanat rakyat, meski dia sadar tak ada orang yang memujinya. Dia selalu bekerja tanpa kompromi terhadap pelanggar dan pengkhianat rakyat, meski tahu akan dicerca banyak orang, bahkan koleganya.

Bagi orang yang hidupnya diliputi tabir keikhlasan, malah akan selalu melupakan apa yang telah dia amalkan. Anehnya, para pemimpin yang mendapatkan amanat rakyat justru tidak pernah mau bekerja dan beramal. Bahkan, kalau pun harus bekerja, dia masih menunggu apakah memang terbuka peluang bagi munculnya pujian. Keberaniannya memberantas korupsi langsung mengkerut, setelah berhitung betapa banyak yang akan mencercanya.

Para pemimpin yang hatinya bersimbah keikhlasan ini akan berlaku adil, tidak hanya memihak golongannya saja, tetapi juga mendengarkan aspirasi sebagian rakyatnya yang lain. Ia pun akan bersifat universal, lintas agama, lintas golongan ataupun lintas kepentingan politik, asalkan masih berada dalam koridor kebenaran. Pemimpin semacam inilah yang selalu menjadi gunjingan positif publik dunia sekaligus didengarkan segala aspirasinya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here