Sudibyo Rangkum 55 Tahun Perjalanan di Muhammadiyah Lewat Buku

1119
Peluncuran buku "Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala” di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta. (Foto: Muhammadiyah).

Jakarta, Muslim Obsession – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar diskusi buku terbaru karya Dr. Sudibyo Markus dengan judul “Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala”. Acara tersebut digelar di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Selasa (29/10/2019).

Sudibyo mengatakan buku itu adalah penghayatannya selama 55 tahun berkhidmat di Muhammadiyah.

Isi buku tersebut diakui Sudibyo merangkum perjalanan Muhammadiyah di bidang kemanusiaan dari Moro Filipina, Rohingya sampai Gaza.

“Selama ini yang diadu bukanlah agama Kristen dengan Islam, tetapi Barat dengan Islam,” kata Sudibyo, seperti dikutip dari Muhammadiyah, Rabu (30/10/2019).

Pastor Ordo Jesuit dan ahli filsafat Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa hubungan antara Islam dan Kristen mencapai masa yang terbaik di zaman ini.

“Sebelumnya tidak pernah sebaik sekarang. Ini modal yang sangat besar. Kita harus menjaganya, ini sumbangan yang penting untuk saling mengerti dan menerima perbedaan,” terang Magnis.

Buku setebal 497 halaman tersebut terbagi menjadi lima bagian yang menjelaskan perjalanan antara persinggungan umat Islam dan Kristen di dunia, yakni mulai dari pertikaian dalam Perang Salib (abad 12 M), Konsili Vatikan II (1965) yang berisi tentang apresiasi terhadap Islam, Ikrar Kalimatun Sawaa’ (2007) atau kesesuaian antara misi Islam dan Kristen, hingga Keputusan World Humanitarian Summit di Istanbul (2016) tentang agenda perdamaian dan kemanusiaan bersama.

Sambil menyinggung hubungan Islam dan Kristen, Sudibyo turut menyinggung bahwa Muhammadiyah menolak pernyataan umum hingga ilmiah para cendekiawan bahwa salah satu tujuan Muhammadiyah lahir adalah untuk melawan Kristenisasi.

“Tak ada satupun pedoman resmi Muhammadiyah, baik dari Muqodimmah Anggaran Dasar, AD Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan keyakinan hingga Pedoman Hidup Islami yang menyebut hal tersebut. Yang ada Kiai Dahlan memberi contoh bahwa umat Kristen dan Islam bisa duduk bersama (sejajar),” tutup Sudibyo. (Way)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here