Sudahkah Anda Bahagia?

3043

Oleh: Dr. KH. Husnan Bey Fananie, MA (Dubes Indonesia untuk Azerbaijan)

Salah satu doa yang paling sering kita baca adalah doa Sapu Jagad. Doa yang disarikan dari QS. Al-Baqarah ayat 201 itu adalah: Robbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhiroti hasanah wa qinâ ‘adzâbannâr (Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka).

Disebut sapu Jagad, karena doa ini mencakup tujuan hidup setiap manusia, yakni memohon kebahagiaan dunia dan akhirat. Begitupun dengan kita, melalui doa ini kita berharap Allah ‘Azza wa Jalla berkenan melimpahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Namun, doa hanyalah bentuk “ratapan” kita di hadapan-Nya. Selain berdoa, tentu saja kita diwajibkan untuk berusaha meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Di sinilah kita ditantang untuk membuktikan keseriusan “ratapan” kita tersebut.

Permohonan kita untuk meraih kebahagiaan harus diperjuangkan. Dibutuhkan kesungguhan (jihad) dalam mengimplementasikan setiap doa yang dipanjatkan. Diperlukan aksi yang mengarahkan kita untuk memantapkan sebuah keinginan. Berdoa tidaklah sekadar menengadahkan tangan sambil berucap segala keinginan, lalu berdiam diri menunggu keajaiban datang.

Intisari “kebahagiaan” yang terkandung di dalam doa Sapu Jagad, sejatinya, terdiri dari empat kategori. Sebagai hamba yang dibekali potensi untuk memantapkan sebuah pilihan dan menjalankannya, kita dipersilakan untuk memilih kategori “kebahagiaan” yang kita butuhkan.

Pertama, Sa’idun fid Dunya wa Syaqiyyun fil Akhirah (bahagia di dunia namun celaka di akhirat). Pelaku kategori ini adalah kaum hedonis yang mengisi kehidupannya dengan mengedepankan hawa nafsu belaka. Mereka tak takut berbuat maksiat, korupsi, berbohong, menindas orang lain, melakukan kecurangan, minum-minuman keras, mengedarkan atau mengkonsumsi narkoba, dan lain sebagainya.

Termasuk pada kategori ini juga para pejabat yang mempersulit urusan orang lain untuk kesenangan pribadi, pelaku pungutan liar (pungli), dan mereka yang menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena.

Dalam kelompok yang lebih sempit, termasuk di dalamnya adalah para suami/istri yang menyakiti pasangannya, para orangtua yang asyik mengejar kesenangannya padahal ia tak pantas menjadi contoh bagi anak-anaknya, atau seorang anak yang tak menghormati orangtuanya karena ia asyik mengejar kebahagiaan hidupnya.

Kedua, Syaqiyyun fid Dunya wa Sa’idun fil Akhirah (celaka di dunia namun bahagia di akhirat). Kelompok yang masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang hidupnya miskin harta, sering tertimpa musibah, sepanjang hidupnya lebih sering sakit, memiliki keluarga (suami/istri, anak, kakak, adik, dll) yang kerap merepotkan, dan lain sebagainya. Namun di balik semua kesulitan hidup itu, mereka justru bersabar dan ikhlas menerima segalanya.

Inilah kelompok orang-orang yang bersabar atas segala ketentuan Allah ‘Azza wa Jalla. Atas kesabarannya, Allah menjanjikan ganjaran yang tidak terhingga. Firman Allah: “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,” (QS. An-Nahl: 96).

Ketiga, Syaqiyyun fid Dunya wa Syaqiyyun fil Akhirah (celaka di dunia dan di akhirat). Inilah kategori yang paling rendah. Al-Qur’an menyebutnya sebagai orang-orang yang merugi. Kategori

ini diisi oleh mereka yang miskin dalam keimanannya, sombong pula dalam kemiskinan duniawinya, bahkan sombong dalam segala kekurangannya dan sombong dalam segala kesengsaraannya.

Dalam kesempitan hidupnya, mereka melupakan Allah. Tak sedikitpun doa mereka panjatkan untuk memohon belas-kasih Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka juga tak sudi menengok pada sekelilingnya.  Bahkan mereka menjadikan Allah sebagai bahan olok-olok dan menuding-Nya sebagai biang kerok atas kesengsaraan yang mereka alami. Nau’dzubillah min dzalik!

Dan kategori yang keempat adalah Sa’idun fid Dunya wa Sa’idun fil Akhirah (Bahagia di dunia dan di akhirat). Inilah kategori yang selalu kita mohonkan dalam doa Sapu Jagad. Di sinilah kelompok orang-orang yang selalu menyandarkan segala urusannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Kelompok ini senantiasa mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai kebahagiaan berdasarkan niat untuk menghamba kepada-Nya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here